Oleh: Ahmad Nabhani
Carl W. Ernst dalam
buku The Sambala Guide to
Sufism (shambala;
Boston dan London, 1997) menuturkan tentang asal-usul lahirnya sebuah tarekat.
Ia menyebutkan, “What
was at first a fairly private movement of like-minded people in the early
Islamic centeris eventually grew into a major social force that permeated most
Muslim societies”
Pada awalnya tarekat
itu merupakan bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara khusus kepada orang
tertentu. Misalnya, Rasulullah mengajarkan wirid atau zikir yang perlu
diamalkan oleh Ali bin Abi Thalib. Atau, Nabi Muhammad Saw
memerintahkan kepada sahabat A
untuk banyak mengulang-ulang lafal tahlil dan tahmid.
Pada sahabat B, Nabi Muhammad Saw memerintahkan untuk banyak membaca ayat
tertentu dari surat dalam Al-Quran. Ajaran-ajaran khusus Rasulullah itu
disampaikan sesuai dengan kebutuhan penerimanya, terutama berkaitan dengan
faktor psikologis.
Pada tahapan
selanjutnya, ajaran khusus Rasulullah itu lantas disebarkan secara khusus pula
oleh beberapa sahabat penerima. Meski tak semua orang dianggap pantas menerima
ajaran tertentu tersebut, namun biasanya jumlah penerima selalu bertambah.
Hingga akhirnya menjadi komunitas tertentu, perkumpulan khusus, atau lahir
sebuah tarekat. Marsahal
Hodg-son mengatakan, “A tradition of intensive interiorization
reexteriorized its results and was finally able to provide an important basis
for social order.”
Jika proses lahirnya
sebuah tarekat hanya merupakan proses nyambung-menyambung pada dari suatu
ajaran khusus, lantas apa peran orang yang disebut sebagai pendiri tarekat?
Mengapa orang semisal Naqsabandi, Jalaluddin Rumi dan Asy-Syadzili disebut
sebagai pendiri jika peran mereka sekadar sebagai salah satu dari rangkaian
silsilah ajaran?
Untuk membuat
gambaran yang gamblang tentang kontribusi yang mereka perankan sehingga pantas
di sebut sebagai pendiri tarekat, agaknya perlu kita bawa kepada kasus
disekitar kita. Di Indonesia ada berpuluh-puluh pondok pesantren, pondok Darus
Salam Gontor dan pondok Lirboyo adalah diantaranya. Dua pondok ini
masing-masing memiliki ciri khas. Meski keduanya sama-sama mengajarkan tentang
agama Islam, namun metode yang digunakan berbeda.
Kedua pondok tersebut
juga memiliki tekanan ajaran yang berbeda. Gontor terkenal dengan penekanan
pada kemampuan bercakap dengan bahasa Arab dan Inggris. Lirboyo, meski giat
mengajarkan bahasa arab, namun bukan pada kemampuan percakapan yang diutamakan.
Lirboyo kuat dalam bahasa penguasaan grammer atau tata bahasa, ia
mendidik muridnya untuk ahli dalam ilmu nahwu dan sharaf.
Perbedaan antara satu
tarekat dengan tarekat lain diantaranya adalah seperti perbedaan antara satu
pondok lain. Tarekat tertentu mengajarkan kepada para pengikutnya untuk
mengajarkan zikir jahir (berzikir dengan suara keras). Tarekat
lain lebih menyukai menggunakan zikir
khafi (berzikir dengan
suara pelan).
Fungsi seorang
pendiri tarekat adalah memberikan ciri khas pada tarekatnya dan membangun
komunitas. Mereka mengembangkan atau membangun ajaran dan praktik ibadah yang
berbeda dengan tarekat lain. Mereka merumuskan
dan mengajarkan suatu metode mendekatkan diri kepada Allah yang tak sama dengan
metode tarekat lain. Karena peranan inilah mereka disebut sebagi pendiri
tarekat tertentu.
Menurut Ernst,
nama-nama tarekat itu lahir setelah munculnya figure terkenal dalam jaringan pengalaman
ritual tertentu, yang ketokohan mereka mampu membuat organisasi tarekat itu identik dengan
namanya. Tarekat Suhrawardiyah diberi nama berdasarkan tokoh Abu Hafs
as-Suhrawardi, Tarekat Ahmadiyah mengambil nama tokoh Ahmad al-Badawi,
dan Tarekat Syadziliyah mengikuti Abu al-Hasan asy-Syadzili.
“The founders are generally those masters who
have codified and institutionalized the distinctive teachings and practices of
the orders, although in many cases their reputations as saints go far beyond
the circle of initiates”, ujar Ernst. Dan tarekat dalam definisi Carl W. Ernst adalah a group of people living together
under a common discipline.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.