.:. Kata-Kata Mutiara Hari Ini: "Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu... Silahkan kesah, kau bukan takdirku... Mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku dan Allah adalah kasihku... Maafkan segala kesalahan...Bila Allah mengampuni dosa-dosamu, kamu pasti bertobat...Bila Allah menerimamu, kamu pasti bertaqarrub dengan ikhlas kepada-Nya...Bila Allah mengingatmu, kamu pasti berdzikir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kemuliaan-Nya padamu, kamu pasti merasa hina-dina dihadapan-Nya...Bila Allah hendak mencukupimu, pasti kamu merasa faqir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kekuatan-Nya padamu, pasti engkau lemah tidak berdaya...Bila Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, pasti engkau tak memiliki kemampuan apa-apa...Bila Allah mencintaimu, kamu pasti mencintai-Nya...Bila Allah meridhoimu, engkau pasti ridho terhadap apapun ketentuan-Nya...Bila Allah mengangkat derajatmu, engkau selalu memasuki pintu-pintu taatmu...Bila Allah menghinamu, kamu pasti bermaksiat dan menuruti hawa nafsumu...Taat itu lebih utama dibanding pahalanya...Doa itu lebih utama dibanding ijabahnya...Istiqomah itu lebih utama dibanding karomahnya...Berjuang itu lebih utama dibanding suksesnya...Sholat dua rekaat itu lebih utama ketimbang syurga seisinya...Bertobat itu lebih utama ketimbang ampunan...Berikhtiar itu lebih utama ketimbang hasilnya...Bersabar itu lebih utama ketimbang hilangnya cobaan...Dzikrullah itu lebih utama dibanding ketentraman hati...Wirid itu lebih utama ketimbang waridnya...Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia " .:. ~~

Get Updates Via Email

Dapatkan update terbaru

dari Blog SufiUnderground langsung ke
Email anda!

ASAL USUL MAUNG PANJALU

Pada suatu malam Raja Majapahit Brawijaya duduk menyendiri menikmati malam yang indah. Ingatnya menerawang mengingat sejarah nenek moyang, hingga beliau sampai mengagumi keagungan Tuhan pada malam itu.“Ya !” Kata beliau, ”betapa pentingnya persatuan demi keutuhan Negara, perlu adanya ikatan persahabatan dengan Negara lain yang didalamnya lebih banyak menguntungkan dari pada menaklukan suatu negara dengan tekanan senjata yang penuh kekejaman dan kebencian itu,” lanjut raja berkata dalam hatinya. Timbullah keinginan beliau utuk mengadakan ikatan dengan Negara Padjajaran di Pasunda dengan jalan perkawinan.

Keesokan harinya raja memanggil patih dan bersabda untuk menyampaikan niatnya untuk meminang ke Padjajaran di Pasundan dengan jalan perkawinan. Hari itu juga patih mengumpulkan para prajurit dan menyiapkan perbekalan yang dibutuhkan lalu berangkat menuju Negara Padjajaran. Setelah beberapa hari menempuh perjalanan, akhirnya utusan dari Majapahit sampai juga pada tujuan dengan mendapat sambutan yang ramah dari  raja ataupun warga istana lainnya.
Kepada baginda disampaikan surat sebagai penguatnya. Menurut raja Padjajaran surat lamaran adalah ajakan hidup bersaudara, sebagi surat silaturahmi yang menghiasi kasih sayang, malah sebagi penghormatan kalau setuju menerimanya. Maka dari itulah setelah dipikirkan putra raja menyetujui dan menerimannya dengan senang hati sekaligus menentukan hari perkawinan. 
 
Setelah patih Majapahit berserta pengiringnya pamit pulang. Setibanya di Majaphit kepada raja disampaikan hasil pinangan dan sekaligus hari perkawinannya. Dalam kegembiraan itu dia tidak menyia-nyiakan waktu.  Ia pun berangkat ke Padjajaran untuk mengikat tali kasih dengan Puteri Kencana Larang.

Setelah seminggu, diboyongnya Putri Kencana Larang ke Negara Majapahit, setelah beberapa bulan lamanya puteri Kencana Larang menyatakan bahwa ia sedang berbadan dua. Ketika Nyi Putri akan mengandung sembilan bulan, ada tersirat dihatinya ingin merencanakan dan menyatakan kepada Prabu Brawijaya untuk pergi ke Padjajaran. “Tuanku Raja buah hati, izinkanlah hamba pergi ke ibu dan ayah, alangkah bahagianya hati jika padaa waktu melahirkan disaksikan oleh ibu ayah dan suami tercinta, maka hamba mohon dan tidak keberatan untuk melepaskannya,” pinta Puteri Kencana Larang kepada suaminya.

“Tidak layak Kanda melepaskan melati sanjunganku sendiri dalam keadaan begitu ke Padjajaran, seyogyanya tangan kanda sendiri yang harus meletakan puspa hatiku pada putri aslinya, namun kiranya dinda dapat memaafkan kanda bila karena kepentingan Negara kanda mewakilkan pengantaran dinda ke Padjajaran kepada salah seorang mentri saja,” begitulah kata Prabu Brawijaya setelah Puteri Kencana Larang tidak dapat dihalangi lagi dan tidak bisa dilarang. Alangkah bahagia hatinya puteri Kencana Larang diusung melalui gunung dan lembah menuju Padjajaran di Jawa Barat tanah Pasundan.

Setelah beberapa hari perjalanan dengan rombongan pengawal melalui jurang naik turun gunung memotong hutan dan sungai sapailah mereka di daerah Ciamis Jawa Barat di kaki Gunung Sawal. Disana ia mulai merasakan perutnya sakit serasa maau melahirkan. Maka kedua rombongan memerintahkan agar berhenti untuk memberi pertolongan pada Nyi Puteri. Nyi Puteri memerintahkan agar dibuatkan tempat untuk berteduh untuk dia melahirkan nanti.

Dipinggir sungai Citanduy yang cukup memberi perlindungan dari terik matahari dan hujan. Baginda puteri bersbda: ”Kita menumbangkan kayu-kayu yang banyak untuk membuat bangunan-bangunan ini, mari kita beri nama tempat ini Panumbangan”.

Setelah itu sang puteri makin menjadi sakit perut dan tak lama kemudian dengan selamat lahirlah dua orang anak, yang satu putera dan yang satu puteri. Adapun bali (ari-ari; red) nya dimasukan kedalam dandang tanah (pendil) yang kemudian dikubur dibawah pohon yang rindang. Setelah puteri Kencanan Larang merasa sehat kembali badannya lalu ia melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa hari sampailah di Istana Padjajaran. Ia disambut oleh ayahnya dan ibunya dengan haru dan gembira. Baginda Raja Padjajaran saat itu memberi nama anak laki-laki  “Bongbang Larang” dan yang perempuan “Bongbang Kencana”. Syahdan dengan diasuh oleh kakek-nenek ibundanya puteri. Kedua anak itu tumbuh dengan sehat, dan akhirnya sampai akil baligh, tapi mereka belum tahu siapa ayahnya karena semua isi kerajaan merahasiakan hal itu. Dalam usia 15 tahun belum juga tahu dengan ayah sebenarnya.

Prabu Brawijaya belum juga menengok ataupun menyuruh orang lain. Tali bathin antara Majapahit dan Padjajaran itu terus menghubung tidak putus-putusnya dan disaat-saat sebelum tidur, keduanya terus menerus memecahkan hal itu kaena tetap mengganggu ketenangan hatinya, yaitu siapakah ayah yang sebenarnya, kepada siapapun hal sebenarnya, kepada siapapun hal itu ditanyakan selalu dijawab bahwa Raja Padjajaranlah ayahnya. Jawaban itu tidak dapat diterimanya karena tahu bahwa ibunya Kencana Larang
memanggilnya "Ayahanda".

Bongbang Larang tidak putus asa meskipun kakek, nenek dan ibundanya tidak terus terang siapa ayahnya maka ia mendesak salah satu emban untuk menceritakan siapa ayah yang sebenarnya. Karena didesak terus maka emban tersebut menceritakan bahwa  Prabu Wijaya Raja Majapahitlah ayah mereka berdua. 
 
Setelah tahu siapa ayahnya, pada suatu malam Bongbang Larang menghadap pada kakeknya untuk meminta izin menghadap ayahnnya di Majapahit. Kakeknya sangat heran dari mana dia tahu bahwa ayahnya ada di Majapahit. Raja Padjajaran tidak rela melepaskan Bongbang Larang pergi kemanapun apalagi ke Majapahit. Akhirnya pergilah Bongbang Larang ke kamar ibunya untuk meminta doa restu demi keselamtan ke Majapahit. Namun sayangnya, bunda nampak sedang beristirahat dan dia tidak berani mengganggunya. Bongbang Larang berlutut dan menyembah bundanya yang tengah tidur itu kemudian pergi meninggalkan istana.

Pada keesokan hari penghuni istana sibuk mencari Bongbang Larang, tapi sayang sekali dia tidak ditemukan. Maka raja Padjajaran memberitahukan kepada Kencana Larang yang kelihatannya sangat sedih bahwa Bongbang Larang pergi ke Majapahit. Kini Bongbang Kencana dapat menyusul kakaknya. Kemudian diceritakan kejadian di istana dan berangkatlah bersama-sama mencari ayahnya di Majapahit.

Setelah berbulan-bulan sampailah mereka di Panumbangan. Mereka sangat dahaga dan mereka menemukan dandang dibawah pohon yang rindang, dandang itu tiada lain adalah tempat mengubur bali mereka dulu ketika
dilahirkan. Tanah penguburnya habis dihanyutkan air dan tinggalah dandang itu berdiri di permukaan tanah. Maka diperiksalah dandang itu dan ternyata berisi air yang sangat jernih dari cukup untuk diminum berdua. Karena dahaga Bongbang Larang segera mengangkat dangdang itu untuk diminum langsung dari dangdangnya, namun apa yang terjadi? Dangdang itu jatuh mencakup kepalanya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk bisa keluar dari dangdang, tapi sia-sia belaka.

Bongbang Kencana memukul dandang itu sekuat tenaga, tapi aneh dandang itu tidak juga pecah. Maka dibimbinglah Bongbang Larang oleh adiknya mencari seorang dukun bernama “Aki Garahang”. Pada Aki Garahang diceritakan perjalanan mereka hingga kejadian tentang peristiwa dandang itu.

Melihat keadaan mereka berdua, Aki Garahang merasa iba dan langsung menolong mereka dengan cara dandang tersebut dipukul menggunakan kujang pusaka hingga pecah berkeping-keping, maka Bongbang Larang terlepas dari marabahaya. Aki Garahang meminta kepada anak itu untuk tidak meneruskan perjalanannya dan supaya menetap dalam beberapa hari, kedua putra itu menyambut permintaan Aki Garahang dengan baik. 
 
Keesokan harinya ketika Aki Garahang akan pergi berpesan kepada kedua anak itu untuk tidak bermain-main di Cipangbuangan.Cipangbuangan airnya tenang sehingga memikat kedua remaja itu untuk turun menyegarkan badan. Ketika muncul, Bongbang Larang bukan main kagetnya begitu Bongbang Kencana terperanjat melihat Bongbang Larang menjadi harimau pula. Masing-masing memeriksa dirinya dan mereka yakin bahwakeduannya telah berubah menjadi harimau.

Dengan rasa menyesal. Kedua binatang itu pulang ke rumah Aki Garahang. Iba hati melihat kedua remaja itu telah berubah menjadi harimau berkata: “Aki tidak dapat berbuat sesuatu apapun, itu karena akibat kelalaian berdua, tidak mengindahkan petuah orang tua yang telah banyak makan asam garam !” Kedua harimau itu sama-sama menerima kesalahannya, kemudian tanpa bertanya apa-apa lagi setelah pamit mereka meneruskan perjalanannya.

Ketika mereka menyeberangi kali Cimuntur mereka hampir mati terjerat Bole Akar Oyong. Setelah mereka melepas dari bahaya itu terus dihanyutkan Cimuntur yang deras itu. Bongbang Larang terhisap oleh air yang mengalir melalui selubung batang enau yang dibelah sehingga beliau terjepit oleh “selubung gawul” (penangkap ikan) itu. Mujurlah seorang petani dapat menolongnya ke darat.

Atas permintaan Bongbang Larang bungbung yang menyelubungi Bongbang Larang itu oleh petani itu tadi dicobanya dibelah dengan kapak tetapi tidak berhasil. Setelah itu keduanya dibawa ke raja Panjalu di Dayeuh Luhur. Raja dengan mudah dapat melepaskan selubung celaka itu, sebagai terima kasihnya kedua harimau itu mengucapkan janji bahwa: ”Hamba turun temurun tidak akan menggangu keturun Panjalu, kecuali mereka yang :
1.    Meminum langsung dari Dandang
2.    Membuat pembuluh tidak dibelah
3.    Menanam oyong"

Janji tersebut dikuatkan oleh mantra raja Panjalu.

Setelah itu, kedua harimau meneruskan perjalanan menuju Majapahit dan akhirnya sampailah mereka disana. Kepada penjaga pintu yang mulanya akan mengusir mereka, kedua harimau itu menerangkan ingin berjumpa dengan Prabu Majapahit. Baginda berkenan menerima kedua tamu yang aneh itu. Sambil bercucuran air mata kedua harimau itu mengisahkan kepada baginda perjalanan mereka dari semejak berangkat sampai di Majapahit.

Prabu Wijaya memeluk kedua putranya dengan tangis pula seraya berkata: “Malang tak dapat disangkal, tapi sejak saat ini ku angkat nanda sebagai Raja Harimau di Pasundan”. Demikian cerita singkat mengenai Maung Panjalu yang menjadi cerita turun temurun rakyat Panjalu.

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.

 
© 2010 SUFI UNDERGROUND powered by Blogger
Template by Fresh Blogger Templates | Blogger Tutorial | Re-Designed by: X-Lab Project