.:. Kata-Kata Mutiara Hari Ini: "Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu... Silahkan kesah, kau bukan takdirku... Mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku dan Allah adalah kasihku... Maafkan segala kesalahan...Bila Allah mengampuni dosa-dosamu, kamu pasti bertobat...Bila Allah menerimamu, kamu pasti bertaqarrub dengan ikhlas kepada-Nya...Bila Allah mengingatmu, kamu pasti berdzikir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kemuliaan-Nya padamu, kamu pasti merasa hina-dina dihadapan-Nya...Bila Allah hendak mencukupimu, pasti kamu merasa faqir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kekuatan-Nya padamu, pasti engkau lemah tidak berdaya...Bila Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, pasti engkau tak memiliki kemampuan apa-apa...Bila Allah mencintaimu, kamu pasti mencintai-Nya...Bila Allah meridhoimu, engkau pasti ridho terhadap apapun ketentuan-Nya...Bila Allah mengangkat derajatmu, engkau selalu memasuki pintu-pintu taatmu...Bila Allah menghinamu, kamu pasti bermaksiat dan menuruti hawa nafsumu...Taat itu lebih utama dibanding pahalanya...Doa itu lebih utama dibanding ijabahnya...Istiqomah itu lebih utama dibanding karomahnya...Berjuang itu lebih utama dibanding suksesnya...Sholat dua rekaat itu lebih utama ketimbang syurga seisinya...Bertobat itu lebih utama ketimbang ampunan...Berikhtiar itu lebih utama ketimbang hasilnya...Bersabar itu lebih utama ketimbang hilangnya cobaan...Dzikrullah itu lebih utama dibanding ketentraman hati...Wirid itu lebih utama ketimbang waridnya...Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia " .:. ~~

Get Updates Via Email

Dapatkan update terbaru

dari Blog SufiUnderground langsung ke
Email anda!

KADER



By: Ahmad Shobari

Apa kerjanya orang-orang di Dewan Pimpinan Pusat Partai-partai Politik kita ? Merancang strategi menyeluruh, tetapi bertahap, untuk membangun kader militant dan patriotik yang menekankan bahwa hidup berarti perjuangan dan menuntut keprihatinan mendalam demi partai dan buahnya demi perbaikan terhadap hidup rakyat secara menyeluruh ? Bukan, itu ketinggian !

Membangun system pengkaderan disegala lapisan dan kelompok-kelompok masyarakat untuk mengingatkan kembali bahwa cita-cita proklamasi terlantar selama lebih setengah abad dan bahwa akibatnya derita rakyat berkepanjangan ? Masih ketinggian ! Menyadarkan publik bahwa kita belum merdeka ? Kelewat pro aktif dan bisa dituduh anarkhi !

Mengembangkan kembali gagasan dan kesadaran bahwa kodrat kultural kita sangat plural, kaya warna dan nuansa, dan karena itu diperlukan ide-ide mengembangkan akomodasi yang lebih lapang, adil dan demokratis, dan bahwa tak ada pihak lebih tinggi dari pihak lain ? Itu agak lebih baik tapi kedengarannya seperti suara gulungan teks book tinking yang menghafal rumus-rumus relasi antar budaya dalam payung multi kulturalisme.

Ah, kalau gitu yang ini ! Feminisasi orientasi sikap dan program partai tanpa melupakan kenyataan bahwa partai terlalu miskin program aksi buat mencerdaskan para pendukungnya maupun rakyat pada umumnya. Ini agak bagus ! Oh, tapi masih kurang ? Iya ! apanya yang kurang ? Perlu ditegaskan bagaimana sikap para elit partai. Mereka kebanyakan teladan kata-kata tapi tanpa teladan laku. Dengan kata lain, teladan kemunafikan toch maksudnya ? Bukan cuma itu, mereka elitis dan pada dasarnya berwawasan sentralistik seperti Gusti Pangeran dan Raden Ayu yang tak pernah tahu kenyataan hidup di daerah. Mereka tak bisa memberi ruh atas otonomi daerah. Ini juga bagus ! ada yang lain lagi ?

Tokoh-tokoh lapis atas partai kita bukan pejuang tulen, melainkan orang-orang yang mengutamakan tampang klimis dan berbusana rapi dengan mentalitas selebriti yang sibuk main sinetron cengeng dan dangkal. Sifat pemikiran mereka kurang reflektif dan tak memberi inspirasi apa pun.

Saya menyimak dialog serius ini. Memang saya bukan orang partai, tak tertarik gaya hidup partai dan belum pernah bercita-cita mendirikan partai. Gelombang semangat untuk menjadi presiden yang begitu menggebu, sehingga tampak bahwa barang apa yang bisa merayap semuanya bernafsu menjadi presiden. Bagi saya tidak lebih dari cermin sifat ambisius dan hasrat akan kekuasaan yang tidak pernah ditopang kemampuan dan instrument yang cukup memadai.

Saya kira fenomena buruk ini sangat menarik. Kita patut bertanya, mengapa tampilan kita seburuk ini ? Partai-partai kita memang buruk sumber daya manusiawinya. Golongan yang terpelajarpun rakus dan tidak memulai kepemimpinannya dengan gairah perjuangan yang tulus dan gigih menyambung cita-cita revolusi kita. Seolah kita ini manusia asing, tak ada hubungannya dengan Bung karno, tak ada hubungan dengan Bung Hatta dan Bung Syahrir dan Tan Malaka maupun Khairil Anwar, Jenderal Sudirman dan tentara-tentara patriot kita serta semua pejuang yang pernah membikin negeri ini menjadi ada.

Gairah perjuangan patriotic dan tradisi intelektual yang menanamkan kedalaman memahami masalah dan keterbukaan dulu itu, kemana sekarang perginya ? Mengapa tradisi pendahulu kita itu tak bersambung oleh dan dalam sejarah kita sendiri ? Orientasi dunia macam apa yang telah membelokkan arah perjuangan kita sekarang ?

Di Dewan Pimpinan Pusat Partai-partai kita, umumnya isinya cuma sedikit kaum idealis dan itu pun rata-rata sudah tampak lelah. Sisanya mayoritas kelompok ambisius yang tak punya instrument apa-apa tadi dan kaum muda oportunis yang baru keluar dari kampus-kampus, anggota organisasi sosial keagamaan atau politik dengan semangat membebek pendahulunya yang sudah berakar dipartai-partai besar.             

Mereka pun kaya dan makmur dan cuma itu yang diincar kaum muda tadi. Kaum tua, dengan kata lain, tak memberi tawaran apapun pada yang muda selain kemapanan. Ini membunuh anak-anak muda yang berbakat. Sayang nafas perjuangan mereka terputus oleh orientasi yang sangat prgamatis sifatnya. Dan anak-anak muda itu, ironisnya menikmati keadaan tanpa pernah dihinggapi keresahan mengenai hakekat hidup, cara pengembangan hidup yang lebih bermakna dan tak ada kegelisahan intelektual tiap kali membaca sejarah tokoh-tokoh besar kita. Mengapa mereka menjadi begitu besar dan mengapa kita cuma seperti kodok menjalani takdir, mencaplok nyamuk dan si kodok sendiri suatu saat dicaplok ular ?

Kemapanan itu lebih dari bius. Orang lalu lupa bertanya, apa yang salah dalam partai kita ? maka yang diutak-utik cuma itu-itu saja, cara mencari duit buat kampanye, melebarkan dukungan dengan duit. Dan artinya membeli dukungan dan mencari daya tarik dalam kampanye dengan dangdutan yang tak ada daya militansinya. Disana tidak niat mendengar kaum muda menjadi tokoh partai. Disana tak ada niat mengkader kaum muda menjadi tokoh partai yang handal, yang kredibel dan berwawasan.

Maka artis buruk dan tumpul selera politik dan wawasan kulturalnya pun diam-diam direkrut menjadi caleg. Partai cuma berperan seperti calo ! dan kantornya menjadi tempat perdagangan nasib dan membangun kalkulasi untung rugi di meja judi politik yang penuh dengan aroma durty money, milik kelompok atau lembaga yang berpengaruh dan masih ingin berkuasa.

Perkara yang lama terlupa dalam sejarah kita sendiri, mengapa partai tak lagi menjadi agen pendidikan politik, mengembangkan gagasan demokrasi, keadilan, kemanusiaan, hak asasi dan feminisasi kehidupan dan membangun manusia yang punya karakter ? Kantor partai harus sibuk dengan kegiatan yang teknis, administrative dan rutin. Partai memang cermin organisasi moderen, tapi tokohnya jangan sekedar administratur. Ia harus berwibawa dan punya wawasan penting. Necis itu baik, tapi ia cuma kulit. Isinya komitmen dan ideologi perjuangannya harus lebih necis lagi.

Maka kini tiba saat membangun kader partai idealis, terampil mengurus perkara teknis, tajam intuisi politiknya, jujur dan gigih. Dan kader macam itu, saya yakin bisa diciptakan !   

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.

 
© 2010 SUFI UNDERGROUND powered by Blogger
Template by Fresh Blogger Templates | Blogger Tutorial | Re-Designed by: X-Lab Project