.:. Kata-Kata Mutiara Hari Ini: "Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu... Silahkan kesah, kau bukan takdirku... Mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku dan Allah adalah kasihku... Maafkan segala kesalahan...Bila Allah mengampuni dosa-dosamu, kamu pasti bertobat...Bila Allah menerimamu, kamu pasti bertaqarrub dengan ikhlas kepada-Nya...Bila Allah mengingatmu, kamu pasti berdzikir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kemuliaan-Nya padamu, kamu pasti merasa hina-dina dihadapan-Nya...Bila Allah hendak mencukupimu, pasti kamu merasa faqir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kekuatan-Nya padamu, pasti engkau lemah tidak berdaya...Bila Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, pasti engkau tak memiliki kemampuan apa-apa...Bila Allah mencintaimu, kamu pasti mencintai-Nya...Bila Allah meridhoimu, engkau pasti ridho terhadap apapun ketentuan-Nya...Bila Allah mengangkat derajatmu, engkau selalu memasuki pintu-pintu taatmu...Bila Allah menghinamu, kamu pasti bermaksiat dan menuruti hawa nafsumu...Taat itu lebih utama dibanding pahalanya...Doa itu lebih utama dibanding ijabahnya...Istiqomah itu lebih utama dibanding karomahnya...Berjuang itu lebih utama dibanding suksesnya...Sholat dua rekaat itu lebih utama ketimbang syurga seisinya...Bertobat itu lebih utama ketimbang ampunan...Berikhtiar itu lebih utama ketimbang hasilnya...Bersabar itu lebih utama ketimbang hilangnya cobaan...Dzikrullah itu lebih utama dibanding ketentraman hati...Wirid itu lebih utama ketimbang waridnya...Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia " .:. ~~

Get Updates Via Email

Dapatkan update terbaru

dari Blog SufiUnderground langsung ke
Email anda!

TRAGEDI NAFSU MANUSIA


Oleh: Emelham.

Tiba-tiba Nafsu manusia menjadi biangkerok atas segala kehinaan, keruntuhan, tragedi dan drama yang menyakitkan. Apa salahnya ? Kenapa Allah menciptakannya untuk manusia? Apa pula hikmahnya? Dan bagaimana manusia kelak mempertanggungjawabkannya?

Sungguh unik, bagaimana Allah menempelkan nafsu itu pada seseorang, ketika Nafsu harus dilawan. Coba kita tengok di luar sana. Seorang Raja, seorang Presiden, tantangan terbesarnya adalah melawan nafsu kedirajaan dan kepresidenannya. Seorang politis dan wakil rakyat, harus melawan nafsu kepolitikan dan derajat keterwakilan rakyat pada dirinya. Seorang Jendral, ia telah lekat dengan nafsu kejendralannya. Ia harus melawan dirinya sendiri. Seorang konglomerat, ia harus melawan nafsu konglomerasinya. Seorang Gubernur, Menteri, Bupati, Camat dan Lurah, mereka tertempeli oleh nafsu yang melekat pada predikat jabatannya: dan mereka harus berani melawan nafsu predikat yang disandangnya. Lalu anda bisa menguraikan sendiri, apa saja gejolak-gejolak nafsu yang senantiasa muncul di balik predikat dan jabatan itu.

Bahkan lebih rendah lagi, ketika seorang Guru, seorang Ustadz, seorang Kyai, seorang Ulama, dan seorang Muballigh atau Da’i, jangan dikira mereka bisa melepaskan begitu saja nafsunya dari predikat yang disandangnya.

Dalam keseharian paling sederhana, ketika seorang guru berangkat mengajar, dalam hatinya tiba-tiba terbesit, “Aku pasti lebih pandai dari anak-anak didikku,” itulah nafsu ke-guru-annya.

Seorang penceramah tiba-tiba dengan aksentuasinya berbicara, lalu muncul sebersit kata-kata nafsu: “Aku lebih hebat dari para pendengar ceramahku. Mereka akan tertarik dengan kata-kata dan orasiku….”. Lalu seorang Ulama dengan kedudukan intelektualnya, “Akulah Ulama. Aku lebih faham mengenai dalil-dalil agama. Aku lebih berhak memutuskan hukum, menjelaskan soal-soal agama, dibanding kaum awam itu….”.


Seorang pebisnis, tiba-tiba terbayang tentang impian sukses, lalu imajinasinya melayang dengan sekian rencana yang memabukkan. Bahkan sudah menyeret dirinya pada kerakusan, keserakahan, dan menghalalkan segala cara, demi pemuasan-pemuasan dan impian yang memuakkan. Dengan segala kealpaannya, ia memang sukses meraup segala impiannya. Begitu impiannya terwujud di dunia nyata, ternyata ia terlempar pada dunia impian yang baru, yang lebih jauh dari impian lama. Ia telah memberhalakan bayangan-bayangannya sendiri dalam dunia bisnis, tanpa disadari telah banyak korban yang tertindas akibat ulahnya. Bumi dieksploitasi sampai pada tingkat paling menghancurkan. Dan alasan utama selalu demi pembangunan, demi kesejahteraan dan harkat hajat hidup orang banyak.

Nah, mari kita tengok dunia eksotik. Beribu-ribu industri seks, dengan dunia perempuan seperti supermarket, didukung teknologi seluler, dan perangkat komunikasi satelit yang begitu canggih. Luar biasa, bagaimana eksploitasi nafsu syahwat yang telah menjadi komoditas hewaniyah manusia, sehingga mencapai tingkat maniaknya; menjadi instrument iblis paling canggih.

Pada akhirnya kita mencapai kesulitan yang tinggi untuk mengurai benang kusut yang telah berbiak seperti jaring laba-laba, bahkan menyebarkan virus yang sulit dideteksi manusia modern sekalipun. Padahal di sejumlah ayat Al-Qur’an, Allah Ta’ala menyebut kata Nafs dalam mayoritas ayat-ayatNya, lebih bermakna sebagai diri, bahkan jati diri. Namun manusia telah membangun stuktur Nafs menjadi biang dari degradasi Jati Diri manusia, dengan mengikuti selera Nafsu yang Syahwatiyah, Nafsu yang Ammaroh, dan Nafsu yang Lawwamah.

Karena itu, Ibnu Athaillah as-Sakandari mengangkat wacana nafsu ini begitu indahnya dalam kata-kata: “Asal usul kemaksiatan, syahwat dan kealpaan, adalah kerelaan (pemanjaan) terhadap hawa nafsu. Dan asal-usul ketaatan, menjaga diri, dan kebangkitan menuju kepada Allah adalah ketidak relaan terhadap nafsu itu sendiri.” Duhai, betapa seringnya diri ini memanjakan nafsu dan betapa jarang nya kita menjaga jiwa untuk bangkit menuju Allah !

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.

 
© 2010 SUFI UNDERGROUND powered by Blogger
Template by Fresh Blogger Templates | Blogger Tutorial | Re-Designed by: X-Lab Project