.:. Kata-Kata Mutiara Hari Ini: "Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu... Silahkan kesah, kau bukan takdirku... Mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku dan Allah adalah kasihku... Maafkan segala kesalahan...Bila Allah mengampuni dosa-dosamu, kamu pasti bertobat...Bila Allah menerimamu, kamu pasti bertaqarrub dengan ikhlas kepada-Nya...Bila Allah mengingatmu, kamu pasti berdzikir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kemuliaan-Nya padamu, kamu pasti merasa hina-dina dihadapan-Nya...Bila Allah hendak mencukupimu, pasti kamu merasa faqir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kekuatan-Nya padamu, pasti engkau lemah tidak berdaya...Bila Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, pasti engkau tak memiliki kemampuan apa-apa...Bila Allah mencintaimu, kamu pasti mencintai-Nya...Bila Allah meridhoimu, engkau pasti ridho terhadap apapun ketentuan-Nya...Bila Allah mengangkat derajatmu, engkau selalu memasuki pintu-pintu taatmu...Bila Allah menghinamu, kamu pasti bermaksiat dan menuruti hawa nafsumu...Taat itu lebih utama dibanding pahalanya...Doa itu lebih utama dibanding ijabahnya...Istiqomah itu lebih utama dibanding karomahnya...Berjuang itu lebih utama dibanding suksesnya...Sholat dua rekaat itu lebih utama ketimbang syurga seisinya...Bertobat itu lebih utama ketimbang ampunan...Berikhtiar itu lebih utama ketimbang hasilnya...Bersabar itu lebih utama ketimbang hilangnya cobaan...Dzikrullah itu lebih utama dibanding ketentraman hati...Wirid itu lebih utama ketimbang waridnya...Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia " .:. ~~

Get Updates Via Email

Dapatkan update terbaru

dari Blog SufiUnderground langsung ke
Email anda!

TONG KOSONG dan KALENG KOSONG


Oleh: Muhammad Shobari

Peribahasa dan idiom atau ungkapan simbolik merupakan kekayaan budaya yang menggambarkan citarasa dan kehalusan budi warga masyarakat pendukungnya. Modus komunikasi itu tidak terus terang tetapi jelas dan komunikatif. Tong kosong berbunyi nyaring memang pernyataan yang berselubung kegelapan tapi terang benderang menyindir orang yang banyak bicara kurang makna. Ia juga menggambarkan suasana kejiwaan orang yang sedang berkompensasi, yang sibuk menutup kedunguan dan segenap kekurangannya dengan kata-kata kurang makna tadi.

"Air beriak tanda tak dalam," menggambarkan kebisingan dan kedangkalan. Esensinya sama dengan tong kosong tadi. Dan ini juga potret sifat alamiah bahwa orang yang kurang renungan, kurang kedalaman, kurang filosofis, kurang teoritis, cenderung mencericit bagai burung nyanyi. Ia mudah bicara keras padahal salah, tapi tak merasa malu.

"Berguncang tanda tak penuh," pun sebuah ungkapan  yang meminta kita berhati-hati agar tak tertipu oleh sekedar bunyi dan kata-kata. Politisi bisa memenuhi Indonesia dengan janji, tapi kalau ia mewujudkan seperempat saja dari janjinya itu maka ia politisi hijau, mentah, sebab politisi Indonesia yang kuning, yang matang, sepenuhnya tak pernah peduli dengan janjinya. Kalau diingatkan bahwa janji itu hutang dan hutang harus dibayar maka dengan mudah ia menjawab: "Siapa bilang hutang harus dibayar ?! Semua rekananku pengusaha kaya yang banyak hutang di bank dan hutang itu tak pernah mereka bayar."

"Keakehan geludug kurang udhan," "Banyak guntur kurang hujan," intinya sama dengan "Banyak janji tanpa realisasi" tadi. Didunia moderen ini dimana tong kosong disembunyikan, mungkin didalam kantor-kantor, lebih khusus didalam corak menejemen kantor-kantor pemerintahan. Saya kira, kesejatian menejemen terletak pada seni meraih se-efesien mungkin segenap cita-citanya. Menejemen bekerja dalam keheningan. Orang tak pernah tahu kapan kerjanya, tapi semua pihak tahu apa hasilnya.


Dizaman partai sekarang ini menejemen diukur secanggih apa rumusan teoritik dan landasan filosofinya dan sebesar apa guncangan nasional yang dirasakan selama sebuah kebijakan dirumuskan. Dengan kata lain, menejemen harus berisik, harus bikin kalut dan keresahan supaya rakyat lupa derita mereka. Kalau tak ada keresahan, berarti pemerintah tak bekerja. Disini bekerja itu artinya berdebat, mengumbar wacana. Dan makin hebatlah kerjanya bila wacana atasan dan bawahan itu menggelegar kesegala penjuru. Makin tampak ngalor-ngidul, tak sejalan satu sama lain, makin baik.

Sekarang ini tak pernah ada lagi menejemen bekerja dalam keheningan. Tak pernah ada lagi menejemen sebagai seni mencapai tujuan secara efesien. Sekarang, menejemen itu berarti politik mencapai tujuan secara kompromi antar semua partai dan tak harus efisien. Guru Besar kita, nabi demokrasi yang "suci", Amerika Serikat, sudah bersabda: "Demokrasi memang tak dimaksudkan untuk efisien. Demokrasi memang melelahkan." Saya khawatir, suatu saat nabi demokrasi itu bersabda: "Demokrasi memang harus hancur-hancuran dan demi demokrasi, partai-partai boleh menteror siang-malam siapapun presiden kita. Demokrasi itu artinya kericuhan nasional."

Tong kosong itu buatan kita, tapi sebagian datang dari ajaran nabi demokrasi kita itu. Bagi saya, tong kosong itu sebuah kesia-siaan dan saya tak mau hidup sia-sia mengikuti kekonyolan sikap politik partai dan logika "miring" ajaran dari luar negeri.

Sering sekali saya menerima himbauan lewat pesan pendek ditelepon genggam untuk ikut turun ke jalan. Dengan mohon maaf saya tak bisa ikut. Saya belum pernah demo. Selain itu demo melibatkan begitu banyak orang yang belum tentu segaris dan sehaluan. Kemarin, Mas Eggy Sudjana kirim pesan serupa; Bila kecewa atas kenaikan harga BBM, agar setiap hari mengenakan bebat kain hitam dilengan tangan. Kemanapun selempang itu dikenakan agar pemerintah paham akan jerit dan tangis rakyat Indonesia yang tetap sengsara.

Saya hampir menjawab "okey" dan siap memakai selempang hitam bukan hanya dilengan, tetapi juga diperut, dileher dan dikepala agar simbolnya lebih jelas. Tapi kemudian tak jadi. Saya khawatir jangan-jangan simbol itu tak ada gunanya.

Dalam menejemen tong kosong, pemimpin tak punya waktu berpikir tentang rakyat. Mereka sibuk melayani begejil-begejil orang partai yang merasa dirinya majikan di negeri ini. Kita malu dan lebih malu lagi ketika dimana-mana kita dapati kaleng kosong. Ini bukan peribahasa tapi ungkapan telanjang bahwa rakyat tak kebagian minyak tanah. Dimana-mana ada orang pingsan. 

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.

 
© 2010 SUFI UNDERGROUND powered by Blogger
Template by Fresh Blogger Templates | Blogger Tutorial | Re-Designed by: X-Lab Project