Setan itu, tak pernah peduli. Mereka bersumpah untuk menggelincirkan kaki-kaki hamba Allah yang sedang menapak jalan menuju kepada-Nya. Setan-setan itu menggunakan berbagai cara dan instrumen, bahkan mengunakan cara dan instrumen yang berbau agama, berbau peradaban, bernuansa kebajikan sakali pun. Tergantung siapa dan bagaimana posisi hamba, maka setan memilki tugas-tugas mengoda. Jika setan tidak mampu menjerumuskan manusia kelembah dosa besar, ia akan berusaha menyeret ke dosa-dosa kecil, paling tidak ia akan mengenalkan dan mendekatkan seseorang pada tindakan-tindakan dosa itu.
Setan senantiasa menumpang pada nafsu, sekaligus membuat para hamba terlempar pada keragu-raguan ketika hamba ingin berbuat baik. Setan mengajak agar menunda kebaikan itu. Kelak pada waktunya tiba, setan mengalihkan hamba itu agar lupa berbuat baik sesuai dengan janjinya sendiri. Coba tengok di balik meja kerja anda, dibalik kertas dan angka-angka, dibalik proposal dan hasrat duniawi anda, jangan-jangan ada setan menyelinap, dan tanpa anda sadari, tiba-tiba anda sudah celaka, hancur dan runtuh.
Coba anda raba, jangan-jangan dibalik ketampanan dan kemolekan anda, kemulusan kulit anda, dan diblik kebeningan kelopak mata ada syetan yang menempel, lalu anda kehilangan diri anda, anda telah memperbudak dan melancurkan kemolekan tubuh anda anda pada orang lain. Tiba-tiba anda baru sadar, ketika dosasudah berlalu dan kenikmatan semu telah lewati.
Coba sejenak jedah dari kesibukan anda sebagai pejabat, sebagai politisi, sebagai pembela hukum, sebagai professional, sebagai buruh, sebagai pekerja, sebagai aparat, lalu sejenak merenung; apakah seluruh aktivitas anda benar- benar lepas dari kepentinan setan? Bahkan setan yang seringkali menggunakan logika-logika benar dan salah, tetapi sesungguhnya setan menggiring anda untuk masuk dalam terowongan gelapnya. Tiba-tiba anda sadar ketika anda sudah frustrasi, kecewadan terbuang?
Coba anda simak sekali lagi, kata-kata yang pernah anda ucapkan, baik lewat lisan dan bayangan yang melintas di benak anda, lalu anda menegaskan bahkan membela diri, bahwa semua kata dan logika itu demi kebaikan, namun ketika anda hendak melaksanakan, tiba-tiba kebaikan–kebaikan itu menjadi sedemikian semu? Mengapa? Jangan-jangan anda sudah terjebak dalam lingkaran setan lewat alibi-alibi yang anda ciptakan sendiri, ketika muncul rasa puas karena anda sudah dipuja banyak orang, ketika muncul rasa gembira, ketika semua orang menyambut anda, ketika anda kagum dengan diri sendiri, ketika banyak orang mengagumi prestasi anda?
Seluruh peradaban manusia sudah dipelajari oleh syetan. Dari peradaban para kiai, para pendeta, Pastur, orang-orang saleh, orang-orang Sufi, para pemimpin, para komandan, bahkan para ilmuwan dan Ulama, sampai tukang becak, dan preman-preman. Peradaban setan setua peradaban manusia, dan karenanya mereka senantiasa menciptakan rekayasa, strategi dan taktik untuk mengalahkan jiwa-jiwa manusia yang sedang menuju kepada Tuhannya.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.