.:. Kata-Kata Mutiara Hari Ini: "Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu... Silahkan kesah, kau bukan takdirku... Mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku dan Allah adalah kasihku... Maafkan segala kesalahan...Bila Allah mengampuni dosa-dosamu, kamu pasti bertobat...Bila Allah menerimamu, kamu pasti bertaqarrub dengan ikhlas kepada-Nya...Bila Allah mengingatmu, kamu pasti berdzikir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kemuliaan-Nya padamu, kamu pasti merasa hina-dina dihadapan-Nya...Bila Allah hendak mencukupimu, pasti kamu merasa faqir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kekuatan-Nya padamu, pasti engkau lemah tidak berdaya...Bila Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, pasti engkau tak memiliki kemampuan apa-apa...Bila Allah mencintaimu, kamu pasti mencintai-Nya...Bila Allah meridhoimu, engkau pasti ridho terhadap apapun ketentuan-Nya...Bila Allah mengangkat derajatmu, engkau selalu memasuki pintu-pintu taatmu...Bila Allah menghinamu, kamu pasti bermaksiat dan menuruti hawa nafsumu...Taat itu lebih utama dibanding pahalanya...Doa itu lebih utama dibanding ijabahnya...Istiqomah itu lebih utama dibanding karomahnya...Berjuang itu lebih utama dibanding suksesnya...Sholat dua rekaat itu lebih utama ketimbang syurga seisinya...Bertobat itu lebih utama ketimbang ampunan...Berikhtiar itu lebih utama ketimbang hasilnya...Bersabar itu lebih utama ketimbang hilangnya cobaan...Dzikrullah itu lebih utama dibanding ketentraman hati...Wirid itu lebih utama ketimbang waridnya...Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia " .:. ~~

Get Updates Via Email

Dapatkan update terbaru

dari Blog SufiUnderground langsung ke
Email anda!

Musibah Dalam Pandangan Orang Beriman


Di antara nikmat Allah yang besar ialah: Dia telah menempatkan kita pada suatu negeri dengan kekayaan yang berlimpah. Begitu indahnya negeri ini, hingga bangsa lain menyebut pulau-pulau di Indonesia sebagai "untaian zambrud di khatulistiwa." Kemudian, selama puluhan tahun, dengan izin Allah kita hidup makmur. Begitu makmurnya, hingga bangsa lain melihat negeri kita sebagai salah satu "Macan Asia yang sedang bangkit." Kita dicukupi dalam sandang, pangan, dan papan.


Tiba-tiba kemakmuran yang kita bangun dengan susah payah diporak-porandakan oleh badai, yang sulit berlalu. Sebelumnya kita sudah dihantam dengan kemarau panjang, kebakaran hutan, kelaparan, dan berbagai kecelakaan. Jutaan saudara kita kehilangan pekerjaan. Lebih banyak lagi yang terjerumus ke dalam jurang kemiskinan. Yang masih bekerja dibayang-bayangi ketakutan bakal dirumahkan. Ketika dua ratus orang Indonesia tertawa renyah menukarkan dolar mereka, dua ratus juta saudara kita yang lain harus mengurut dada karena sulitnya mencari rupiah. Indonesia masih dibayang-bayangi langit kelabu.

Ada apa yang terjadi di negeri ini? Mengapa kenikmatan telah berubah menjadi bencana? Mengapa kekayaan anugerah Tuhan musnah begitu saja sehingga kita menjadi salah satu bangsa termiskin di dunia? Kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan analisis ilmiah kita atau dengan sekadar mengotak-atik otak. Tetapi, bagaimana penjelasan Alquran? Salah satu ajaran Alquran ialah bahwa di balik berbagai peristiwa ada sebab-sebab gaib, di samping sebab-sebab lahir. Sains adalah makhluk bermata satu, yang melacak berbagai kejadian pada sebab-sebab material. Bila sebab-sebab itu tidak ditemukan, sains berkata: kejadian ini tidak rasional.

Di antara sebab-sebab gaib yang mempengaruhi kehidupan kita adalah perilaku moral kita. Tuhan menyebut sebab kejatuhan satu generasi pada perilaku mereka yang melalaikan salat dan mengikuti hawa nafsunya:

"Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan." (Q.S. Maryam (19): 59).

Pada surah al-A'raf ayat 96, Tuhan menisbahkan terbukanya keberkahan dari langit dan bumi pada perilaku bangsa yang beriman dan bertakwa.

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (Q.S. Al-A'raf (7): 96).

Pada surah al-Anfal ayat 53-54, Tuhan mencabut kenikmatan pada satu bangsa karena bangsa itu sudah menjadi keluarga besar Fir'aun:

(ali Fir'aun): (Siksaan) yang demikian itu terjadi karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu bangsa sehingga bangsa itu mengubah apa yang ada dalam diri mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Keadaan bangsa itu sama dengan keadaan keluarga Fir'aun serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Tuhanya. Maka Kami binasakan mereka dengan dosa-dosa mereka dan kami tenggelamkan keluarga Fir'aun. Semuanya adalah orang-orang yang zalim (QS. Al-Anfal (8):53-54).

Jangan-jangan langit kelabu yang menimpa kita belakangan ini terjadi karena sebagian besar bangsa ini sudah menjadi keluarga besar Fir'aun. Jangan-jangan para pemegang kekuasaan di antara kita sudah menjadi Fir'aun kecil, yang menggunakan kekuasaan untuk memeras yang lemah, menindas yang rendah, dan merampas hak orang yang tidak berdaya.

Jangan-jangan orang-orang berduit kita sudah menjadi Qarun, yang rakus mengumpulkan dunia dengan tidak peduli halal dan haram. Demi duit, kita tak ragu-ragu menghantam, menyakiti, bahkan membunuh sesama saudara kita. Kita sudah menjadi binatang-binatang buas. Zamrud Khatulistiwa sudah kita ubah menjadi rimba raya yang menakutkan. Jangan-jangan para cerdik pandai kita sudah menjadi Haman, yang mempersembahkan kecerdasannya untuk mengabdi kepada kezaliman. Kecerdikan kita pergunakan untuk meliciki orang banyak. Kepintaran kita manfaatkan untuk me-minter-i orang-orang bodoh.

Jangan-jangan para ulama kita sudah menjadi Bal'am bin Ba'ura. Kita menjual ayat-ayat Allah untuk memenuhi hawa nafsu kita. Kita mengemas ambisi duniawi dengan ritus-ritus kesalihan. Seharusnya kita melangkahkan kaki kita ke gubuk-gubuk orang miskin kita. Tetapi kini, kita mengayunkan langkah ke istana para penguasa, menundukkan kepala kita di hadapan mereka, seraya menggumamkan ayat-ayat Allah untuk membenarkan kezaliman mereka.

Jangan-jangan kita semua sudah tidak peduli lagi dengan perintah-perintah Tuhan. Kita semua sudah menjadi budak-budak dunia. Di masjid, kita membesarkan Allah. Di luar masjid, menyepelekan Dia. Di masjid, seluruh anggota badan kita pergunakan untuk beribadah kepada Tuhan. Di luar masjid, kita menggunakannya untuk bermaksiat kepada-Nya. Tangan-tangan yang kita angkat dalam doa-doa kita adalah juga tangan-tangan yang bergelimang dosa. Lidah-lidah yang kita getarkan untuk menyebut asma Allah yang suci adalah juga lidah-lidah yang berlumuran kata-kata kotor. Kepala yang kita rebahkan dalam sujud adalah juga kepala yang kita dongakkan dengan sombong di hadapan hamba-hamba Allah.

Marilah kita ubah musibah yang kita alami sekarang menjadi nikmat lagi, dengan mengubah perilaku kita. Tinggalkan arogansi Fir'aun, kerakusan Qarun, kelicikan Haman, dan kemunafikan Bal'am. Perlu kita ketahui bahwa tidak ada penghutang yang lebih mengulur-ngulur waktu pembayaran dari an-nafsul ammarah bis suu' (nafsu yang selalu memerintahkan kepada keburukan). Tak ada musuh manusia yang lebih berbahaya dan lebih mencemaskan dari pada setan terkutuk. Tak ada penghalang amal saleh yang lebih kuat dari pada hawa nafsu. Serta tak ada yang menolak turunnya karunia dari langit serta menghalangi rahmat Allah seperti kesombongan. Na'udzubillah. Hujan yang turun dari langit hanya akan tergenang di permukaan tanah yang rendah, bukan di permukaan yang tinggi, dan bukan pula di puncak-puncak gunung. Demikian pula dengan hati orang-orang yang sombong. Rahmat Allah hanya turun pada hati yang tawadlu'.

Yang dimaksud dengan orang sombong adalah yang menentang hak-hak manusia. Bukan orang yang pakaiannya bagus dan bersih. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia, serta merasa lebih tinggi dari mereka.

Jangan dikira bahwa tabiat kesombongan hanya melekat kuat pada seorang menteri, pejabat, konglomerat, atau penguasa. Kesombongan, bisa saja melekat pada orang yang memakai baju tambalan. Sebaliknya, bisa jadi orang yang memakai baju bagus dan penguasa mempunyai sifat tawadlu'. Sombong itu tercermin pada sifat yang selalu merusak bukan memperbaiki. Sebab ia bersikap sombong dihadapan makhluk Allah dan bangga terhadap diri sendiri.

Seperti kita ketahui bahwa tak ada pakaian yang lebih busuk dari pada pakaian pengakuan. Misalnya, ketika sedang berselisih dengan orang lain sambil mengatakan, "Memangnya kau setingkat dengan saya ? Memangnya kau kira kau pantas berbicara dengan saya ? Siapa kau berani-beraninya mengajak saya berbicara ? Tanya dulu siapa sebetulnya saya dan berasal dari keturunan mana !" Makhluk pertama yang binasa dengan pernyataan semacam di atas adalah iblis terlaknat, yang mengatakan:

"Aku lebih baik dari padanya: Engkau ciptakan aku dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah." (Q.S. Al-a'raf (7): 12).

Dimanapun posisi kita, apapun profesi kita; professional, artis, businismen, bankers, entrepreneur, insurance, propherty agent, networkers; patut untuk dijadikan bahan permenungan bersama bahwa bagi seorang Muslim, musibah apapun seharusnya dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt seraya memelihara kesabaran dan ketakwaan kepada-Nya. Musibah sejatinya membuahkan bertambahnya iman seorang mukmin, bertambah baiknya hubungan dirinya dengan Allah serta semakin sempurnanya kedekatan diri dengan-Nya. Indah sekali rasulullah bersabda:

"Alangkah mengagumkan keadaan seorang mukmin; seluruh perkaranya adalah kebaikan. Jika dia mendapatkan nikmat, dia bersyukur, itulah kebaikan baginya. Jika dia tertimpa musibah, dia bersabar, itu pun kebaikan bagianya." (H.R. Muslim).

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.

 
© 2010 SUFI UNDERGROUND powered by Blogger
Template by Fresh Blogger Templates | Blogger Tutorial | Re-Designed by: X-Lab Project