.:. Kata-Kata Mutiara Hari Ini: "Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu... Silahkan kesah, kau bukan takdirku... Mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku dan Allah adalah kasihku... Maafkan segala kesalahan...Bila Allah mengampuni dosa-dosamu, kamu pasti bertobat...Bila Allah menerimamu, kamu pasti bertaqarrub dengan ikhlas kepada-Nya...Bila Allah mengingatmu, kamu pasti berdzikir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kemuliaan-Nya padamu, kamu pasti merasa hina-dina dihadapan-Nya...Bila Allah hendak mencukupimu, pasti kamu merasa faqir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kekuatan-Nya padamu, pasti engkau lemah tidak berdaya...Bila Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, pasti engkau tak memiliki kemampuan apa-apa...Bila Allah mencintaimu, kamu pasti mencintai-Nya...Bila Allah meridhoimu, engkau pasti ridho terhadap apapun ketentuan-Nya...Bila Allah mengangkat derajatmu, engkau selalu memasuki pintu-pintu taatmu...Bila Allah menghinamu, kamu pasti bermaksiat dan menuruti hawa nafsumu...Taat itu lebih utama dibanding pahalanya...Doa itu lebih utama dibanding ijabahnya...Istiqomah itu lebih utama dibanding karomahnya...Berjuang itu lebih utama dibanding suksesnya...Sholat dua rekaat itu lebih utama ketimbang syurga seisinya...Bertobat itu lebih utama ketimbang ampunan...Berikhtiar itu lebih utama ketimbang hasilnya...Bersabar itu lebih utama ketimbang hilangnya cobaan...Dzikrullah itu lebih utama dibanding ketentraman hati...Wirid itu lebih utama ketimbang waridnya...Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia " .:. ~~

Get Updates Via Email

Dapatkan update terbaru

dari Blog SufiUnderground langsung ke
Email anda!

Kekayaan Relegiusitas

Musim hujan belum lagi usai. Banjir sudah menenggelamkan Beberapa desa dan menewaskan belasan nyawa.

Apa jadinya, cuma negeri dengan dua musim saja Jika kedua-duanya selalu berarti bencana. Dimusim kemarau, kita Melihat pendangkalan sungai-sungai, Penurunan elevasi waduk-waduk dan bahaya kebakaran, mulai dari kebakaran rumah-rumah penduduk, pasar hingga hutan belantara. Namun ternyata bukan api, sesungguhnya, musuh kita bersama itu melainkan lagi-lagi kecerobohan kita yang terkenal itu.


Dimusim kemarau itu, betapapun sedang merajalela hingga asap kenegeri tetangga, tetapi orang-orang seperti tak nya harus menggelisahkan apa-apa. Pembakaran sampah Tingkatan terjadi dari kecil sampai besar, Pembakaran ladang terus dilakukan, dan yang lebih elok Pembakaran jenis yang ada sekedar gatal tangan; menyulut api untuk ditinggal begitu saja.

Itulah kenapa kita sering menjumpai semak-semak yang terbakar tanpa pernah jelas apa maksudnya. Ladang-ladang hangus tanpa pernah kita tahu demi apa ia dibakar. Karena tanah itu juga setelahnya Menganggur kembali seperti sediakala. Betapa melelahkan maka setiap kali kita menyambut musim Jika ia cuma musibah yang berisi lebih dari separohnya berisi kecerobohan kita saja.

Dengan cara apa laku Semacam itu harus diperangi? Tak ada lain kecuali dengan menghukumnya. Jika pemerintah korupsi untuk memiliki KPK yang berkuasa besar, ditakuti dan kini telah menjadi hantu bagi Koruptor, maka lingkungan vandalisme itu harus pula diperangi dengan cara-cara yang keras pula.

Perang terhadap vandalisme adalah sebuah jihad yang nyata ditengah kerusakan lingkungan yang makin tak terkendali seperti ini. Ini sungguh perang yang harus disetarakan dengan pemberantasan tindak korupsi. Tanpa sebuah tindakan yang keras, Indonesia akan menjadi negeri tong sampah tempat bermuara semua jenis limbah, mulai dari sebenar-benarnya limbah sampai limbah masalah.

Namun, Ketika kehidupan umum masih mengalami pendangkalan penegakkan hukum tidak bisa berdiri sendiri menjawab Persoalan publik. Hukum berkerja pada wilayah-wilayah yang lahiriah semata, sedang Kekuatan Spiritualitas mampu membawa kesadaran pada Tingkatan seseorang mengubah penderitaan menjadi kehormatan serta dapat mendorong seseorang untuk Meningkatkan dan Memperluas kemampuan rasio.

Itulah sebabnya, ketika kehidupan umum terjebak oleh pendangkalan sebenarnya, yang terjadi adalah pengalaman religiusitas masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kegagalan pengalaman religiusitas itu akan membuat seorang pengemudi bisa menjarah jalur sedemikian enaknya, mengombang-ambingkan penumpang serupa barang, dan memaknai rambu jalan cuma sebagai barang mainan.

Kegagalan religiusitas publik itu pula yang membuat seseorang memegang mandat mudah sekali berkhianat. Membuat wakil-wakil rakyat mudah sekali mengecewakan rakyat. Sementara anggota dewan di satu daerah sedang bersiap-siap menerima kenaikan tunjangan yang dianggap berlebihan itu, didaerah lain seorang anggota dewan tengah ramai digunjingkan karena laku pencabulan.

Didalam diri pihak yang dangkal religiusitas nya, akan menjadi dangkal pula kesadaran hukum mereka. Dan pendangkalan itu akan membuat aneka kemerosotan perilaku tumbuh seperti benalu dan bencana alam datang silih berganti tak mengenal waktu.

Terjadinya pendangkalan pengalaman relejius yang telah lama kita derita membuat kita terkejut dan terjerat oleh pertanyaan-pertanyaan kenapa keindahan bangsa ini yang pernah membuat negara-negara lain berdecak kagum dan menyebut pulau-pulau di Indonesia sebagai “untaian zamrud katulistiwa”, tiba-tiba porak poranda oleh badai tak berkesudahan (?). Mengapa kekayaan anugerah Tuhan yang pernah menghantarkan bangsa ini dilihat oleh bangsa-bangsa lain sebagai “macan Asia yang sedang bangkit” musnah begitu saja sehingga kita menjadi bangsa termiskin di dunia (?).

Berawal dari ketakjuban manusia dihadapan alam. Lalu alam mengajarkan bermacam-macam agar manusia Persoalan menirunya, sejak itulah menduplikasinya dan lahirlah peristiwa kesenian. Didalam kesenian jiwa manusia diperkenalkan kepada nilai-nilai yang lebih luhur. Dari keluhuran seni manusia akan tergerak untuk mencari pengalaman lagi yang lebih tinggi dan bertemulah dengan pengalaman religi mereka. Dari seni pindahlah mereka kepada agama. Dari sekedar pengalaman estetik maka manusia kedalam pengalaman menginjaklah Relegius.

Sebagai bangsa yang masih Menyimpan kekayaan relegiusitas, terhadap bencana yang tak kunjung henti melanda bangsa ini tak Seharusnya yang membuat kita galau berkepanjangan sebab disamping kegalauan itu sendiri bukanlah solusi, untuk Mengukur Sejauh mana tingkat kesalehan Tindakan manusia di dunia, Allah perlu menguji manusia dengan hal - hal yang buruk dan yang baik. Jika lulus ia naik derajat dan Jika tidak, ia terdegradasi.

Allah juga menyeleksi hamba-Nya dan dari tingkat semua kalangan. Mulai dari yang paling awam, paling elit atau pun dari kalangan biasa, pejabat, politisi, pengusaha, ustadz, ulama Kiyai dan tukang becak. Gubernur, tukang Cukur, Insinyur, tukang sayur, Inspektur, tukang bubur, direktur, kondektur, tukang ukur, tukang gali sumur. Nilai derajat itu ditentukan, apakah sang hamba sabar dan Ridlo atau tidak. Bukan dilihat dari apakah seorang itu semakin sukes dan bangkrut ekonominya. Ketika itulah saat relegiusitas benar-benar memiliki kekayaan dan bukan Sebagai biang pertengkaran.

Dibalik musibah apapun jenisnya, seberapapun besarnya, dibalik itu semua kita dapat Memahami Bahwa Allah ingin mempercantik alam, dan tentu saja memasukkannya dalam salon ruhaniah melalui bencana itu, agar semesta kelak lebih indah dan menyejukkan iman kita, agar kita semua bosan dan jenuh dengan kepalsuan dunia , dan lebih memilih Allah dan rasul-Nya.

Karena kecemburuan Allah pada kita, atas cinta dan kasih-Nya yang Agung yang telah kita abaikan dengan perselingkuhan kita pada mahkluk. Akhirnya Allah mengutus peringatan dan peringatan itu Bekerja, ia tidak lagi cukup melewati perlambang dan Metafora-Metafora, ia langsung menghajar kita dengan cara yang begitu kerasnya. Kerasnya peringatan Allah itu diturunkan semata karena saking cinta dan sayang-Nya Allah kepada kita. Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya tetapi para hamba itu sendiri yang menzalimi diri sendiri. Allah tidak pernah marah kecuali didahului oleh rasa Cinta-Nya yang Agung. Allah tidak pernah memanipulir para hamba-Nya dan tidak punya Maksiat Kepentingan dengan taat atau hamba-hamba Nya.

Tetapi para hamba seringkali memanipulir Besar Nama-nama-Nya demi hawanafsunya, para hamba seringkali memanipulir simbol-simbol demi Kepentingan kekuasaan Nya hamba. Para hamba Allah di muka bumi telah banyak kehilangan rasa kehambaannya. Mereka lebih senang menjadi hamba dunia dan nafsunya, bahkan sangat bangga menjadi hambanya setan. Coba anda survei ditengah khalayak, berapa persen umat Islam ini yang masih memegang teguh sifat kehambaannya Rasa seperti Faqir kepada Allah, Rasa Hina di depan Allah, Rasa tak berdaya dihadapan-Nya, Rasa lemah didepan-Nya? Bukankah mayoritas saat ini malah kita Merasa cukup dan tidak butuh kepada Allah, Merasa mulia karena menganggap dirinya lebih Islam dan lebih dekat kepada Allah, Merasa kuat dan berkuasa di muka bumi?

Dunia saat ini sedang dihajar oleh berbagai perang kegemparan Kepentingan. Tanpa memiliki relejiusitas mutu penyejuknya, geopolitik dan geografi panasnya dunia hanya akan menjadi-jadi belaka. Mutu itu harus terus dijaga sebab banyak yang melebihi Dahsyatnya Gelombang tsunami, yakni Suatu badai kekeringan rohani, yang menumbuhkan kehausan dan kegersangan jiwa dari Umat Islam, terutama.

Begitu marak bendera-bendera Islam. Slogan-slogan takbir dan pesan-pesan suci, Teriakan-Teriakan takbir demonstran Membela Islam, tetapi hati dan ruh mereka seperti terpanggang di atas sahara kegersangannya. Lalu mereka kehilangan moral sejati, akhlaq Ruhani, kebeningan hati Sebagai umat, lebih senang bermain-main dikawasan limbah dan kulit kering belaka.

Jangan dikira, bahwa kejadian-kejadian alam yang hancur itu bukan karena ulah manusia. Akal dan pengetahuan manusia yang terbatas beralibi: Bagaimana bencana terjadi karena ulah manusia? Bukankah ini gejala alam murni? Bukankah ini bisa di prediksi? Bukankah bencana ini karena faktor-faktor evolusi dan seterusnya dan sebagainya?

Mari kita belajar pada tragedi Nuh as, Ketika puteranya, Kan'an, Mengandalkan ilmu pengetahuan dan rasionya, sampai ia tenggelam dalam kekufurannya. Belajar pula pada kaum Luth, Ketika ulah mereka Menimbulkan bencana bumi yang tragis. Ingat pula hadis Nabi Saw mengenai kiamat, "Bahwa kiamat tidak akan terjadi Balinese masih ada satu manusia yang berdzikir Allah ... Allah .. Allah ..." Bila cahaya menerangi seluruh dunia dan seluruh umat manusia mengalami pencerahan semua tanpa sisa, dunia pun akan kiamat. Begitu juga sebaliknya, Jika kegelapan Memenuhi seluruh jiwa manusia tanpa sisa, dunia juga akan kiamat. Namun, hadis Nabi Memberikan Indikasi Bahwa fakta kiamat bagi dunia Ketika dunia adalah dengan manusianya Mencapai kegelapan total, bukan Cahaya total.

Dan di Indonesia kepada siapa saja PIHAK yang tak henti-hentinya mengkampanyekan kesabaran, kesantunan dan perdamaian, perlu juga disampaikan Bahwa ibadah, kepatuhan, dan sikap ihsan umat Islam, khususnya, sangat Mempengaruhi perjalanan kosmik semesta, karena manusia adalah sentral dari makhluk Allah, dan sentral manusia adalah qalbunya. Begitu juga sebaliknya, kejahatan, kebejatan, kesombongan dan kealpaan manusia Mempengaruhi tatasurya dan jagad semesta.

Dalam Dunia Sufi disebutkan, bahwa Aspek lahiriah fisika itu hanyalah akibat dari batin dan hakikat kita. Perhitungan matematika, logika dan fisika, hanyalah perhitungan gejala dan tanda.

Ada yang lebih neukleus (inti) Bahwa perhitungan Ruhani menempati posisi sentral dalam gerak-gerik semesta ini. Karenanya, bagaimana kita Melihat bencana, dapat kita lihat dengan matahati kita masing-masing. Jika kita sedang dalam Gairah mencintai Allah dan Rasul-Nya, matahati akan Memandang Betapa agungnya Asma dan Sifat-Nya dibalik bencana. Jika kita sedang ALPA dan lalai, menuruti nafsu Kepentingan diri, itu, bencana adalah bentakan-bentakan Ilahi kepada kita. Jika kita dalam kondisi sangat miskin secara duniawi, padahal kita dekat dengan-Nya, itulah cara Allah menyelamatkan diri kita. Jika kita sedang berkecukupan, tetapi harta kita menumpuk bagaikan sampah di peti kekayaan kita, itulah cara Allah Mengingatkan kita agar kita mengeluarkan kotoran-kotoran harta kita. Jika kita sedang bercahaya bersama-Nya; itulah cara Allah menampakkan kemahasucian-Nya, dan cara-Nya memperdengarkan tasbihnya alam kepada kita.

Dimanapun posisi kita, apapun profesi kita; profesional, artis, businismen, bankir, pengusaha, asuransi, propherty agen, networkers; Karena itu, lihatlah dengan matahatipula, dibalik yang tampak disemesta kehidupan ini, maka disanalah matahati menyaksikan Allah, dibalik, dibawah, diatas , sebelum dan sesudah alam semesta ini. Jika tak mampu demikain, sesungguhnya matahati kita sedang kabur dari Cahaya Allah, karena tertutupi oleh mendung-mendung duniawi dan nafsu, dari Cahaya Ma'rifat kepada-Nya. Renungkan itu sambil terus beristighfar kepada Allah ... ...

comment 1 komentar:

Unknown mengatakan...

tes modulasi, bro

Posting Komentar

Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.

 
© 2010 SUFI UNDERGROUND powered by Blogger
Template by Fresh Blogger Templates | Blogger Tutorial | Re-Designed by: X-Lab Project