Istidroj dan Cobaan Allah
By Unknown on Rabu, 18 November 2009
Ketahuilah, sesungguhnya Allah Ta’ala kadang-kadang menghiasi musuh-musuhNya dengan pakaian wali-waliNya dan pakaian para Sufi, hingga mereka terpedaya oleh indahnya waktu dengan segala kemuliaannya. Dan mereka merasa telah menjadi wali-waliNya. Padahal sesungguhnya mereka telah tertimpa Istidroj.
Kadang Allah menghiasi mereka dengan kemuliaan, pangkat dan kepemimpinan, serta posisi terhormat di hadapan publik, sehingga mereka terjebak dalam pujian manusia dan mereka menyangka bahwa mereka ini termasuk orang yang meraih keutamaan. Inipun sesungguhnya Istidroj dari Allah Ta’ala pada mereka.
Begitu pula mereka dihiasi dengan ragam hikmah-hikmah yang lembut, lalu mereka terjebak dengan keindahan bahasa sastra hikmah, kemampuan mereka memahami dan kecerdasan mereka, lalu mereka menyangka dirinya telah melampaui pengetahuan semua hakikat. Padahal ini hanya Istidroj.
Bahkan kadang mereka dihiasi dengan berbagai nikmat, dan mereka tenggelam dalam kenikmatannya, lalu mereka terjebak pada keindahan dan bagusnya nikmat itu, menduka bahwa hidupnya telah bagus. Mareka menyangka bahwa dirinya telah mendapat sesuatu dari Allah Ta’ala. Padahal semua itu hanyalah Istidroj.
Allah swt tidak membiarkan mereka hingga mereka kembali pada hakikat yang diketahui. Allah swt berfirman : “Kami akan menimpakan istidroj sekiranya mereka tidak mengetahuinya.”
Itulah yang bisa mengotori kehidupan para murid di dunia, hingga dukanya lama, menguning warnanya, remuk jiwanya, linglung akalnya, terbanglah hatinya, dan pecahlah kepahitannya, bahkan mereka kehilangan massa.
Maka sudah wajib bagi orang yang berakal sehat dan berma’rifat untuk terus waspada pada Tuhannya, sebagaimana ia mewaspadai dirinya, seperti dalam ayat:
“Dan Allah memperingatkan pada kalian dan jiwanya…”
"Dan ingatlah bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang tersembunyi dalam dirimu, maka hati-hatilah…”
Nabi saw. Bersabda:
“Orang beriman tidak akan pernah tenang dengan pedihnya cobaaan dan tidak pernah merasa aman dengan hati-hatinya, hingga ia meninggalkan relung jahanam.”
Ingatlah bahwa Allah swt:
•Menyebunyikan cobaan-Nya dibalik rasa sayang-Nya,
•Menyembunyikan rekadaya-Nya dibalik kelembutan-Nya,
•Menyembunyikan Keadilan-Nya dibalik Kemuliaan-Nya.,
•Menyembunyikan benci-Nya dibalik tiraiNya yang indah,
•Menyembunyikan keterputusan-Nya dibalik kemudahan-Nya.
Seharusnya sebagai hamba tidak berpegang dan mengandalkan kebaikan dirinya, banyak kebajikan yang dilakukannya. Betapa banyak:
• Orang yang terhiasi sebagai sang penempuh Jalan Menuju Allah nyatanya ia tertolak.
• Orang itu tidak tahu kalau Allah swt, menghiasnya dengan pakaian kewalian dan kesufian, nyatanya ia musuh Allah swt. Tahu-tahu ia telah jauh dari Allah swt.
• Bahkan ada yang diberi pakaian musuhnya Allah, namun akhirnya malah ia meraih hakikat kemuliaanNya. Karena Dialah Yang Memulai dan Yang Mengembalikan.
Yahya bin Mu’adz ra mengatakan:
Wahai orang yang tertutup oleh kenikmatan dan perlindungan, janganlah anda terjebak. Karena dibalik itu ada dampak buruk kepedihan. Janganlah terjebak oleh waktu-waktu yang anda penuhi ibadah, karena dibalik itu ada bencana-bencana lembut. Dan jangan pula terjebak oleh sucinya ‘Ubudiyah, karena dibalik itu anda malah lalai kepada Rububiyah.
Masalahnya seperti apa yang dikatakan oleh beliau: Wahai, betapa banyak orang yang ter-istidroj oleh kebajikan, betapa banyak orang ter-istidroj pujian padanya, betapa banyak yang tertimpa istidroj oleh fitnah kenikmatan, betapa banyak yang hancur oleh tirai seakan-akan elok baginya.
Karena itu siapa pun yang dalam batinnya tidak bersiteguh dengan Allah Ta’ala, maka dzohirnya jelas, bahwa keragu-raguannya lebih kuat daripada yaqinnya, walaupun dzohirnya menujukkan sifat-sifatnya orang yang yaqin. Ia kehilangan cahaya batin karena terpesona oleh gerak-gerik dzohir. Ia alpa dari rumitnya dampak Istidroj karena terlalu memandang suci ubudiyahnya.
Bagi orang yang tertolong oleh Allah jangan berpegang teguh selain Allah, dan bagi yang terhinakan jangan putus dari harapan.
•Istidrojnya aktivis dosa adalah menikmati dosanya dan terus menerus berdosa, disamping berpaling dari Allah Ta’ala.
•Istidrojnya ilmuwan adalah upayanya mencari derajat dan posisi di tengah massa.
•Istidrojnya ahli Ijtihad adalah memperbanyak dan mengagumi hasil Ijtihadnya.
• Istidrojnya para murid (penempuh jalan ruhani) adalah terpakunya pada anugerah dan karomah serta terpaku pada keduanya.
•Istidrojnya kaum ‘arifin (ahli ma’rifat) adalah merasa cukup dengan kema’rifatannya bukannya kepada Allah yang dima’rifati, hingga mereka anggap ma’rifatnya sebagai tujuan finalnya, dan mereka merasa telah mencapai kema’rifatan itu sendiri.
• Siapa pun yang posisinya tinggi, maka Istidrojnya lebih besar serta lebih lembut.
-Betapa banyak orang yang berdzikir tetapi sesungguhnya alpa pada Allah.
-Betapa banyak orang yang takut sesungguhnya ia berani kepada Allah.
- Betapa banyak orang yang mengajak menuju Allah, sesungguhnya ia jauh dari Allah.
- Betapa banyak yang membaca Kitabullah sesungguhnya ia terlepas dari ayat-ayat Allah.
Sumber dari buku: menjelang ma'rifat Syeikh Ahmad Arr-Rifa'i
Alih Bahasa: KHM Luqman Hakiem MA /dikutip dari sufibawahtanahlogspot.com/
Suka dengan artikel ini? Silahkan bagikan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.