.:. Kata-Kata Mutiara Hari Ini: "Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu... Silahkan kesah, kau bukan takdirku... Mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku dan Allah adalah kasihku... Maafkan segala kesalahan...Bila Allah mengampuni dosa-dosamu, kamu pasti bertobat...Bila Allah menerimamu, kamu pasti bertaqarrub dengan ikhlas kepada-Nya...Bila Allah mengingatmu, kamu pasti berdzikir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kemuliaan-Nya padamu, kamu pasti merasa hina-dina dihadapan-Nya...Bila Allah hendak mencukupimu, pasti kamu merasa faqir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kekuatan-Nya padamu, pasti engkau lemah tidak berdaya...Bila Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, pasti engkau tak memiliki kemampuan apa-apa...Bila Allah mencintaimu, kamu pasti mencintai-Nya...Bila Allah meridhoimu, engkau pasti ridho terhadap apapun ketentuan-Nya...Bila Allah mengangkat derajatmu, engkau selalu memasuki pintu-pintu taatmu...Bila Allah menghinamu, kamu pasti bermaksiat dan menuruti hawa nafsumu...Taat itu lebih utama dibanding pahalanya...Doa itu lebih utama dibanding ijabahnya...Istiqomah itu lebih utama dibanding karomahnya...Berjuang itu lebih utama dibanding suksesnya...Sholat dua rekaat itu lebih utama ketimbang syurga seisinya...Bertobat itu lebih utama ketimbang ampunan...Berikhtiar itu lebih utama ketimbang hasilnya...Bersabar itu lebih utama ketimbang hilangnya cobaan...Dzikrullah itu lebih utama dibanding ketentraman hati...Wirid itu lebih utama ketimbang waridnya...Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia " .:. ~~

Get Updates Via Email

Dapatkan update terbaru

dari Blog SufiUnderground langsung ke
Email anda!

𝓢𝓨𝓔𝓘𝓚𝓗 𝓐𝓑𝓤𝓛 𝓗𝓐𝓢𝓐𝓝 𝓐𝓢𝓨-𝓢𝓨𝓐𝓓𝓩𝓘𝓛𝓘𝓨 𝓓𝓐𝓝 𝓚𝓞𝓟𝓘

Suatu ketika Syaikh Abul Hasan mendatangi kediaman gurunya, Syaikh Abdullah Al-Masyisy, di puncak suatu bukit untuk keperluan meminta ijazah doa untuk diwiridkan. Akan tetapi, oleh sang guru yang juga seorang wali yang keramat itu justru diperintahkan untuk menemui sahabat beliau, yang juga seorang wali yang keramat di Desa Syadzil.

Mendapat perintah itu, Syaikh Abul Hasan segera pamitan dari gurunya. Pada awalnya ia bermaksud untuk langsung pergi ke desa yang membutuhkan waktu satu bulan perjalanan kaki tersebut pada hari itu juga. Akan tetapi, karena ada perhitungan lain, akhirnya ia pergi pada keesokan harinya. Hal ini rupanya sudah diketahui oleh gurunya di Syadzil. Keesokan harinya, sampailah ia di Syadzil. Jarak satu bulan perjalanan, dengan karomahnya, ia tempuh tak lebih dari beberapa jam.

"Hai Abul Hasan, sebenarnya sudah sejak kemarin saya tunggu kamu datang," demikian sang syaikh membuka penjelasan, "wirid yang kamu inginkan itu cara mengamalkannya cukup berat, tetapi saya selalu sesuaikan dengan keadaan orang yang akan mengamalkannya. Kamu saya anggap cukup kuat, oleh karenanya, kamu saya buatkan syarat, amalkan wirid ini selama 40 malam berturut-turut tanpa batal wudlu. Dan kamu akan saya berikan kenang-kenangan. Namamu akan saya tambah dengan nama negeri ini menjadi ' Abul Hasan Asy-Syadzili '."

Syaikh Abul Hasan menerima anugerah dari gurunya yang karomah itu -- dalam buku sumber tulisan ini tidak disebutkan namanya -- dan langsung mohon diri.

Sewaktu ia mengamalkan wirid itu, ia merasa lain dari biasanya. Wirid yang diijazahkan gurunya itu ternyata sangat berat diamalkan, tidak seperti mewiridkan doa-doa yang lain. Kadang-kadang pada malam terakhir ia tak tahan ngantuk lalu tertidur, dan karenanya ia harus memulainya lagi dari malam pertama. Begitu berulang-ulang. Akhirnya ia melaksanakan salat hajat mohon kepada Allah supaya bertemu dengan Baginda Nabi Muhammad saw. Doanya makbul, mimpinya didatangi Rasulullah.

"Wahai Rasulullah, saya diberi wirid oleh guru saya, tetapi sampai sekarang saya belum bisa menyelesaikan cara pengamalannya. Saya mohon petunjuk," demikian katanya di dalam mimpi kepada Baginda Nabi saw.

"Hai Abul Hasan, ini saya bawakan biji-bijian yang banyak terdapat di tempatmu, tetapi orang-orang belum tahu kegunaannya. Biji ini jemurlah, goreng kering-kering sampai menjadi arang, kemudian tumbuklah sampai lembut, dan sesudah itu baru kau seduh dengan air mendidih. Air itulah yang kamu minum setiap malam, insya Allah kamu tidak akan mengantuk."

Esoknya tahulah ia bahwa biji yang ditunjukkan Baginda Nabi saw dalam mimpinya itu adalah biji kopi. Dia melaksanakan petunjuk Baginda Nabi saw hingga akhirnya menjadi orang pertama yang tahu gunanya biji kopi, yakni supaya kuat berjaga malam demi beribadah kepada Allah.

Tapi dasar orang yang memiliki karomah, setelah mengambil biji kopi banyak-banyak, ia gorenglah biji-biji itu sampai kering. Api dinyalakan di bawah lutut, dan yang menjadi tungkunya adalah kedua lutut dan perutnya itu. Tangan kanannya untuk menggoyang biji kopi supaya pembakarannya rata, sedangkan tangan kirinya menjadi kipasnya. Sekalipun biji kopinya sudah menjadi arang, ia tidak merasa panas. Dan anehnya, pakaiannya sehelai pun di antara benangnya tidak terbakar, tidak pula kotor.

Sejak saat itu ia bisa menahan wudlunya sampai 40 malam tanpa batal. Oleh karena itu, pantaslah bila kebiasaan orang-orang dahulu ketika hendak meminum kopi, mengirimkan pahala fatihah kepada Syaikh Abul Hasan Asy-Syadzili.

𝚂𝚞𝚖𝚋𝚎𝚛 : "𝘒𝘪𝘴𝘢𝘩-𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘒𝘦𝘮𝘶𝘯𝘤𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘒𝘩𝘪𝘥𝘩𝘪𝘳 𝘔𝘦𝘮𝘣𝘪𝘮𝘣𝘪𝘯𝘨 𝘙𝘶𝘩𝘢𝘯𝘪 𝘗𝘢𝘳𝘢 𝘞𝘢𝘭𝘪𝘺𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩", 𝚍𝚒𝚝𝚎𝚛𝚋𝚒𝚝𝚔𝚊𝚗 𝙿𝚎𝚗𝚎𝚛𝚋𝚒𝚝 𝙿𝚞𝚜𝚝𝚊𝚔𝚊 𝙿𝚎𝚜𝚊𝚗𝚝𝚛𝚎𝚗.

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.

 
© 2010 SUFI UNDERGROUND powered by Blogger
Template by Fresh Blogger Templates | Blogger Tutorial | Re-Designed by: X-Lab Project