Selamat menyambut Ramadhan. Selamat menyambut keseimbangan. Puasa sebulan penuh, setahun sekali selama Ramadhan adalah ritual agama yang tak habis-habisnya menimbulkan semangat penelitian, yakni mulai dari penelitian sains, kedokteran hingga kerohanian. Penelitian itu hingga kini belum menemukan kata akhirnya, karena semakin diteliti cuma semakin memperluas wilayah misterinya.
Itulah kenapa di dalam agama disodorkan kata “iman”. Iman lahir untuk menolong manusia menyiasati keterbatasan. Hidup terlalu luas, terlalu tak terjangkau, jika seluruhnya harus dipecahkan. Maka sisa dari misteri mahaluas itu cukup hanya diimani, karerna hanya disitulah kekuatan manusia dalam menyelami rahasia semesta.
Maka aneka penelitian terhadap fenomena itu seluruhnya mengatakan tentang kabar gembira dan mari kita mempercayainya walau rahasia itu belum seluruhnya terbuka bagi kita. Mari kita mempercayai bahwa dari sekian pesan Ramadhan itu salah satu yang terpenting adalah pesan tentang keseimbangan.
Jika Johanes Surya, pakar fisika itu mempercayai mekanisme mestakung, semesta mendukung. Maka begitulah memang keadaan alam semesta. Ia telah memiliki pola yang tetap gerakannya. Jika ada sesuatu yang kosong akan ada yang akan mengisi. Jika ada yang kurang, ada pihak lain yang melebihi. Jika ada yang terlalu berat, akan ada pihak yang meringankan diri. Itulah kenapa tidak ada sesuatu yang boleh terlalu di dunia ini. Sesuatu yang keterlaluan akan segera diseimbangkan oleh alam dan jika si terlalu itu memaksakan diri, ia cuma akan berhadapan dengan keterbatasannya sendiri.
Maka sejak lama Islam telah tegas bersikap keras kepada orang-orang yang melampaui batas. Bahwa jika kepada perut pun manusia melampaui batas untuk memasukkan apa saja kedalamnya, maka bersiaplah ia menemui ragam penyakit yang makin panjang daftarnya.
Agama selalu mengingatkan bahaya yang nyata atas perilaku melampaui batas itu mulai dari cara manusia memperlakukan perutnya. Maka puasa pasti hendak mengembalikan kita pada keseimbangan tahunan itu bahwa manusia butuh secara periodik meninjau ulang rapot-rapot pribadinya. Dan peninjauan itu tidak dilakukan secara otonom melainkan jika perlu secara paksa karena jika ia dibiarkan memilih cuma yang disuka, manusia cenderung alpa. Lewat agama kealpaan itu hendak dihentikan. Maka ayo bergembira terhadap apa saja yang mengajak menuju kesimbangan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.