.:. Kata-Kata Mutiara Hari Ini: "Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu... Silahkan kesah, kau bukan takdirku... Mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku dan Allah adalah kasihku... Maafkan segala kesalahan...Bila Allah mengampuni dosa-dosamu, kamu pasti bertobat...Bila Allah menerimamu, kamu pasti bertaqarrub dengan ikhlas kepada-Nya...Bila Allah mengingatmu, kamu pasti berdzikir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kemuliaan-Nya padamu, kamu pasti merasa hina-dina dihadapan-Nya...Bila Allah hendak mencukupimu, pasti kamu merasa faqir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kekuatan-Nya padamu, pasti engkau lemah tidak berdaya...Bila Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, pasti engkau tak memiliki kemampuan apa-apa...Bila Allah mencintaimu, kamu pasti mencintai-Nya...Bila Allah meridhoimu, engkau pasti ridho terhadap apapun ketentuan-Nya...Bila Allah mengangkat derajatmu, engkau selalu memasuki pintu-pintu taatmu...Bila Allah menghinamu, kamu pasti bermaksiat dan menuruti hawa nafsumu...Taat itu lebih utama dibanding pahalanya...Doa itu lebih utama dibanding ijabahnya...Istiqomah itu lebih utama dibanding karomahnya...Berjuang itu lebih utama dibanding suksesnya...Sholat dua rekaat itu lebih utama ketimbang syurga seisinya...Bertobat itu lebih utama ketimbang ampunan...Berikhtiar itu lebih utama ketimbang hasilnya...Bersabar itu lebih utama ketimbang hilangnya cobaan...Dzikrullah itu lebih utama dibanding ketentraman hati...Wirid itu lebih utama ketimbang waridnya...Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia " .:. ~~

Get Updates Via Email

Dapatkan update terbaru

dari Blog SufiUnderground langsung ke
Email anda!

TRAGEDI BERTUHAN !


Tak ada irama menghentak, menggelegar, apalagi melempar lelucon, yang di sampaikan KH DR Luqman Hakim pada “Kliwonan” (11/2) lalu. Taushiyyah yang boleh dibilang sebagai pembekalan ruhani sebelum dzikir bersama, disampaikannya datar. Datar, bukan berarti tak “berbirama”. Sudah menjadi perbawa Kiyai yang pernah mengenyam pendidikan di Tebuireng dan UGM (Universitas Gajah Mada) Yogyakarta dalam waktu bersamaan ini, setiap pesan yang disampaikannya, datar tapi dapat menggelorakan seluruh saraf ruhani audience atau sahabat bicaranya.

Seperti pada malam itu, ketika Kiyai berinisial Emelham itu menyampaikan penjelasan lima dasar berthoriqoh yang di nuqil nya dari kitab Ushuluth Thariqoh karya Syeikh Zarruq, Mursyid Thariqah Syadziliyah yang juga mensyarahi karya Ibnu Athaillah as-Sakandary, Al-Hikam. “Ini saya sampaikan agar tidak terjadi tragedi dalam ber-Tuhan !,” ujar Kiyai Luqman.

Beberapa jama’ah yang semula merunduk sontak mengangkat kepala. Diantara mereka ada juga yang matanya menyalang, didera oleh rasa ingin tahu apa iya  ada tragedi dalam bertuhan.

Yang disampaikan Kiyai Luqman sebenarnya “peringatan dini”untuk jama’ah kliwoniyyah khususnya dan mereka yang memasuki dunia thoriqoh pada umumnya.  

Terutama kepada jama’ah yang hadir pada malam itu, Kiyai Luqman tak menghendaki peristiwa The People Temple pada tahun 1978 menimpa jama’ah atau keluarganya. Dibawah perintah Jim Jones selaku pimpinan aliran pemujaan The People Temple, sembilan ratus anggotanya melakukan bunuh diri massal dengan meminum potasium sianida. Malah pada peristiwa itu tak sedikit bayi yang dibunuh dengan cara “dicekoki” sedotan yang sudah diberi racun terlebih dahulu pada mulut mereka.
Peristiwa kematian massal anggota aliran pemujaan diatas mengingatkan kita pada dua kejadian serupa, yaitu kematian massal yang menimpa aliran pemujaan David Koresh pada 28 Februari 1993, dimana 90 orang anggotanya mati dalam kondisi terbakar disebuah lahan pertanian di wilayah Texas, dan kematian massal yang sengaja dilakukan oleh empat puluh orang anggota aliran pemujaan The Heaven’s Gate di San Diego pada tahun 1997.

Bukan bermaksud mengidentikkan tarekat dengan aliran pemujaan. Tapi  seperti jamak diketahui bahwa dalam dunia tarekat, penempuh jalan ruhani akan banyak menemukan pengalaman ruhani  yang tak mudah dijelaskan dengan kata dan tidak gampang ditemukan alasan rasionalnya.

Sebut saja misalnya ketika seorang saalik (penempuh jalan ruhani) yang oleh Allah di tempatkan pada wilayah sirr. Saat demikian, suasana ruhani saalik terlempar jauh dari alam dan isinya. Tak secuil makhluk-pun tersisa dalam hatinya. Dia berada dalam suasana “diluar” segala sesuatu. Dia berada pada zaman sebelum alam diciptakan yang tak ada hari ini, kemarin atau hari yang akan datang. Yang dilihat nya hanya qodlo-Nya (Allah) bukan taqdir-Nya (Allah). Dia lupa dan tak mengenali dirinya sendiri.

Dia merasa telah memasuki alam ghaib dan terus menerus ghaib yang membuat dirinya hilang dalam keghaiban dan keghaiban itu telah meng-ghaibkan ke-ghaiban itu sendiri. Dia tak dapat lagi mengenali dirinya sendiri oleh karena hatinya terselimuti berbagai perasaan yang membawanya dalam suasana takjub dan penuh heran. Bisa saja terjadi, dalam suasana yang demikian, dia berdiri hingga berminggu-minggu lamanya tanpa mengerdipkan mata.

Disini seseorang penempuh jalan ruhani rentan mengalami tragedi dalam bertuhan jika tak memiliki pengetahuan (bertuhan) dengan benar.

Gelora Suka Cita

Malam terus merambat. Jam yang terpampang ditembok sebelah Barat Masjid Baitur Rahim sudah hampir menunjukkan pukul 22.00. Para jama’ah semakin khusyu’ menyimak penjelasan kiyai Luqman seputar prinsip-prinsip bertarekat.

Dialtar Timur dan sisi Utara masjid udara terasa sedikit gerah. Namun secara keseluruhan suasana masjid dilingkupi senyap dan sunyi. Yang terdengar hanya deru lamat baling-baling kipas angin dan suara Kiyai Luqman yang menjelaskan lima prinsip dasar bertarekat. Sempat dua kali terdengar dering panggilan handphone milik jama’ah yang berada di shaff depan. Secara keseluruhan, dering handphone itu tidak mengganggu keseriusan jama’ah menyimak pinutur Kiyai Luqman.

Hanya satu dua jama’ah saja yang kemudian melempar tatapan “sinis” ke arah pemilik handphone. Selebihnya, sebagian besar jama’ah tetap nyaman melangutkan hati dan pikiran menerima piwulang Kiyai Luqman.     

Dengan menjelaskan lima dasar berthoriqoh yang di nuqil dari kitab Ushuluth Thoriqoh karya Syeikh Zarruq itu, Kiyai Luqman sebenarnya ingin menegaskan bahwa orang tak perlu “alergi”dan “momok”terhadap tarekat. “Tragedi bertuhan itu terjadi oleh karena orang mengenal Tuhan tidak dengan pengetahuan yang benar,” tutur Kiyai Luqman. “Karenanya, penting kita ketahui lima prinsip dasar berthoriqoh,” tambahnya.

Lantas, apa lima dasar berthoriqoh itu ?
1.    Seseorang harus memiliki cita-cita yang luhur, menuju Allah.
2.    Melakasanakan cita-cita luhur dengan gigih dan tidak membiarkan tekad itu hanya menjadi cetusan hati semata.
3.    Menjaga kehormatan Allah.
4.    Berbakti kepada Allah dengan baik.
5.    Mengagungkan nikmat Allah dengan terus menerus bersyukur kepada-Nya.

Singkat, padat. Begitu penjelasan lima dasar bertarekat yang di urai Kiayi Luqman malam itu. Meski singkat dan padat, wewejang itu seolah menuntun jama’ah untuk senantiasa menyadari kebersamaannya bersama Allah, dengan Allah dalam segala tindakan dan keadaan, di dalam Allah pada setiap tarikan dan hembusan nafas.

Kesadaran yang demikian itulah yang menjadikan manusia menemukan kemerdekaan sejati sebab apapun yang terjadi; senang-susah, kaya-miskin, tak membuatnya larut baik dalam nestapa maupun dalam bahagia. Berada dihadapan raja atau peminta-peminta menjadi hal yang biasa-biasa saja, berada dihadapan seorang ulama besar atau penjahat kaliber sekalipun tak ada pengaruh baginya.

“Untuk menghindari fluktuasi kesadaran diatas seorang penempuh jalan ruhani perlu melakukan lima hal berikutnya,yang juga dianjurkan oleh Syeikh Zarruq dalam kitab yang sama,” ujar Kiyai Luqman.

Lima hal “berikutnya” yang dinuqil Kiyai Luqman dari kitab Ushuluth Thoriqoh karya Syeikh Zarruq itu adalah:
1.  Mencari Ilmu, agar seorang salik tidak berada dalam bodoh dan kejumudan.
2.  Menjalin ikatan persahabatan dengan guru dan merawat hubungan silaturrahim dengan sesama penempuh jalan spiritual, agar seorang salik dapat membaur dengan lingkungan masyarakatnya dan memiliki tempat yang tepat dalam berbagi dan mencari solusi kendala perjalanan ruhani.  
3.  Meninggalkan hal-hal yang memudahkan sebab hawa nafsu senantiasa mendorong orang untuk selalu mencari sesuatu yang ringan.
4.  Mengatur waktu sebagai sebuah upaya merawat kebersamaannya bersama Allah.
5.  Gemar mencurigai diri sendiri agar saalik selamat dari bujuk rayu hawa nafsu.

Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Malam itu serasa menjadi malam yang direstui. Melalui wewejang singkat itu ruhani jama’ah seolah telah berkesiap menjalankan dzikir yang rutin di pimpin Kiyai Luqman. Setidaknya, jama’ah telah terbebas dari terkaman kesadaran palsu yang lebih banyak bersembunyi dibalik alam bawah sadar.

Terlebih ketika Kiyai Luqman menutup pinuturnya dengan kata-kata: Jika anda merasa indah dengan Cahaya Allah, lalu anda tenggelam dalam nuansa keindahan cahaya itu, cepat-cepatlah keluar dari sana. Sebab cahaya itu pasti bukan Allah, dan tujuan utama-mu adalah Allah. Cahaya hanyalah petunjuk, bukan wilayah final dari perjalanan anda. Karena itu anda jangan takut dengan perasaan hilangnya cahaya Allah, takutlah jika anda kehilangan Allah dalam jiwa anda,”terdampar sebuah realitas ruhani yang tak terbantahkan, gelora suka cita bergemuruh di seluruh saraf jama’ah yang hadir pada malam itu.  

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.

 
© 2010 SUFI UNDERGROUND powered by Blogger
Template by Fresh Blogger Templates | Blogger Tutorial | Re-Designed by: X-Lab Project