ku meniti dalam damai menyusuri lintas tepi sunyi
dari serakan bingkai hanya sebulir tasbih yang kembali
demi sesuatu hari
kurangkai ia satu-satu menjadi pilinan jerami hati
tapi entah...
selubung tak terangkat
iman pun tak juga meningkat
lalu...
dalam gulita
madah ku arahkan ke Makkah
membawaku seolah menghadap ke satu wajah
hingga kulihat nun jauh disana
al-'ibaad patah satu sayapnya
oleh damba suarga loka dan aneka ranum buahnya
sedang pada nun yang lain
al-muriidiin mengalami nasib serupa
mengharap aneka kerlip gemintang dan taburan cahaya rembulan
kemudian....
keduanya pun meranggas lenyap tertelan kerontang dan dahaga
yang tersisa kini al-'aarifiin di nun yang berbeda
langkah sukmanya jauh melesat tanpa sayap
meninggalkan hasrat
lebur dalam qudrat
menyatu dalam irodat
jejaknya tak mudah ditangkap
hanya hangat sesuam kuku menggenang di tapuk hakikat
ah....
tubuhku ...tubuhku...tubuhku...menggigil di panggil titah
وَ اللهُ خَلَقَكُمْ وَ مَا تَعْمَلُوْنَ
darahku...darahku...darahku.... mendesir mengundang pelita
وَ رَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.