Sungguh, kedasyatan Cinta itu, telah membawa tarian semesta ini, seperti gerak rancak yang gemulai dalam senandung musik Ilahiyah yang sempurna. Bagaimana tidak, ketika kita sebut Kekasih-Nya, Muhammad Rasul SAW yang tercinta tiba-tiba segalanya mekar bagai bunga, lalu membentuk jadi kauniyah, lahiriah dan batiniyah kita semua.
Bagaimana tidak, sehari semalam kita selalu senandungkan ungkapkan Cinta kasih dan kedamaian abadi lewat getaran-getaran miliaran bibir yang menyanyikan shalawatan dan salam kepada kekasih-Nya itu. Shalawat dan salam yang kita ungkapkan lewat bibir-bibir mungil para bayi yang tersenyum dengan mata telanjang bening berbinar, lebih dari kejujuran hati kita masing-masing. Sampai Nabi SAW menyebutkan, “Tak seorang pun akan menggapai kesempurnaan imannya, sampai Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya, ketimbang keluarga, harta dan sesama manusia.”
Tiba-tiba setelah itu, segala yang muncul nafas para hamba, dari detak jantung para pencinta-Nya, dari detak jantung para perindu-Nya, dalam sauh rasa yang mencekam, karena menahan keharuan indahnya Cinta, adalah kebajikan-kebajikan sejati yang mawjud dalam gerak dan ucapan, kebajikan hidup ini, dan kebajikan kehidupan di akhir nanti. Sebuah Peradaban Cinta yang luhur dan agung, sampai diperjuangkan dengan darah dari bekaman air mata, atau pun dari airmata yang tersaring dari beningnya darah perjuangan kita semua. Sebab setelah itu, keringat yang menetes dari peluh tubuh kita, adalah mutiara-mutiara bening dari getaran jantug kecintaan, dari sungai yang mengalir menuju Lautan cinta Sang Kekasih, dari gairah yang tak henti-hentinya, dari airmata di puncak bukit kemakhlukan, para titik air kehambaan.
“Wahai Jibril!”. Tiba-tiba suara Allah bergelora memenuhi langit bumi seisinya. “Aku telah mencintai seseorang, maka cintailah dia!”. Lalu Jibril pun mencitai orang itu, bahkan Jibril menggelorakan cintanya melalui ungkapannya yang agung di seluruh langit, “Wahai … Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mencintai seorang hamba ini.” Lalu gemuruh cinta bertaburan dari penghuni langit melimpahi sang hamba itu, dan penghuni bumi pun menerima sepenuhnya.” Tapi jika Allah ‘Azza wa Jalla membenci seorang hamba, hanya dia katakan, “Entahlah, Aku tak peduli padanya…”.
Para sufi lalu membuat lukisan cinta itu, dengan ungkapan-ungkapan surrealis yang indah. Mereka katakan, Cinta-Nya kepada hamba merupakan salah satu dari manifestasi Af’al-Nya, yaitu kebajikan spesial yang bertemu antara Dia dengan hamba-Nya, sekaligus juga kondisi anugerah ruhani yang membubung pada cinta itu. Cinta adalah dendam kebimbangan hati yang abadi. Cinta adalah segalanya bagi yang dicintai, malampaui apa saja yang dekat denganya. Cinta adalah keselarasan jiwa, baik alam nyata maupun alam ghaib. Cinta adalah terhangusnya pecinta karena Sifat-sifat-Nya, dan kemandirian Yang Dicinta dengan Dzat-Nya. Cinta adalah langkah-langkah jalan kalbu bagi hasrat Rabbnya. Cinta adalah ketakutan-ketakutan untuk kehilangan kehormatan cinta dengan segala bakti sepenuhnya. Bahkan Abu Yazid al-Bisthami mengatakan, “Cinta adalah menganggap kecil dan sedikit apa saja yang kau anggap banyak dalam dirimu, lalu menganggap banyak apa saja yang sedikit dari Sang Kekasih.”
TARIAN & LUKISAN CINTA
By Unknown on Senin, 26 April 2010
Suka dengan artikel ini? Silahkan bagikan.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.