.:. Kata-Kata Mutiara Hari Ini: "Pergilah keluh, ku tak mau berteman dengamu... Silahkan kesah, kau bukan takdirku... Mujahadah adalah temanku, dakwah adalah nafasku dan Allah adalah kasihku... Maafkan segala kesalahan...Bila Allah mengampuni dosa-dosamu, kamu pasti bertobat...Bila Allah menerimamu, kamu pasti bertaqarrub dengan ikhlas kepada-Nya...Bila Allah mengingatmu, kamu pasti berdzikir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kemuliaan-Nya padamu, kamu pasti merasa hina-dina dihadapan-Nya...Bila Allah hendak mencukupimu, pasti kamu merasa faqir kepada-Nya...Bila Allah menunjukkan kekuatan-Nya padamu, pasti engkau lemah tidak berdaya...Bila Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, pasti engkau tak memiliki kemampuan apa-apa...Bila Allah mencintaimu, kamu pasti mencintai-Nya...Bila Allah meridhoimu, engkau pasti ridho terhadap apapun ketentuan-Nya...Bila Allah mengangkat derajatmu, engkau selalu memasuki pintu-pintu taatmu...Bila Allah menghinamu, kamu pasti bermaksiat dan menuruti hawa nafsumu...Taat itu lebih utama dibanding pahalanya...Doa itu lebih utama dibanding ijabahnya...Istiqomah itu lebih utama dibanding karomahnya...Berjuang itu lebih utama dibanding suksesnya...Sholat dua rekaat itu lebih utama ketimbang syurga seisinya...Bertobat itu lebih utama ketimbang ampunan...Berikhtiar itu lebih utama ketimbang hasilnya...Bersabar itu lebih utama ketimbang hilangnya cobaan...Dzikrullah itu lebih utama dibanding ketentraman hati...Wirid itu lebih utama ketimbang waridnya...Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu kian bahagia " .:. ~~

Get Updates Via Email

Dapatkan update terbaru

dari Blog SufiUnderground langsung ke
Email anda!

MELACAK JEJAK IBRAHIM


Nabi Ibrahim, Bapak para Nabi itu, setidaknya setahun sekali lewat hari raya qurban kembali datang membawa pekabaran. Tepatnya mengulang-ngulang pekabaran tentang makna qurban dan keikhlasan. Karena mana mungkin makna itu tidak harus diulang dan diulang. Karena meskipun nabi-nabi telah diturunkan dan kepada kita tak bosan-bosannya diajarkan kebaikan, yang baik, yang ikhlas dan yang berkorban itu tampaknya masih saja mengalami penjarakan. 

Jauh sebelum ilmu parenting dikembangkan, Ibrahim, Bapak para Nabi itu, telah menegaskan sebuah hubungan yang amat mencengangkan antara ayah dan seorang anak, tentang kekuatan cinta, kemesraan dan iman.

Tak seorang pun bapak di dunia ini yang tidak mencintai anak-anaknya tetapi tak setiap orang tua mengekspresikan kecintaan itu lewat kemesraan. Banyak orang membungkam cintanya cuma di dalam dunia abstrak dan tidak menjadi konkret di hadapan anak-anak.

Nabi Ibrahim telah sejak awal, jauh sebelum sekolah-sekolah kepribadian dibuka menegaskan tentang pentingnya pengungkapan cinta itu lewat kemesraan. Bahwa cinta adalah kata kerja. Maka cinta harus diekspresikan.

Kelembutan Ibrahim sebagai bapak, kepada anaknya, Isma’il, telah menjadi legenda dalam sejarah peradaban. Hubungan bapak dan anak ini sepertinya hanya diliputi dua hal saja; yakni kelembutan satu sama lain, kemesraan satu sama lain. Bukan sekedar karena Isma’il adalah putera satu-satunya, putera kesayangannya pula, melainkan karena bimbingan iman dihati keduanya.


Dahsyat sekali kekuatan iman itu, yang cinta, yang mesra, ditangan iman segera menjadi kekuatan yang menggelegak ! Keimanan adalah instrument keagamaan paling sempurna, karena cuma dengan iman nilai-nilai yang jauh, abstrak dan serba raksasa itu sanggup hadir dalam keterbatasan manusia.

Mempercayai tanpa harus lebih dulu memahami itulah iman. Dan cuma pribadi yang kuat yang terbimbing yang sanggup menjalani. Tetapi cuma pribadi yang sanggup menjalani yang akan bertemu kemuliaan. Untuk mulia memang cuma ada satu jalan. Cinta, kemesraan dan iman itulah yang akhirnya membuat Ibrahim melahirkan drama pengorbanan yang monumental ini. Bahwa perintah penyembelihan anak terkasih itu malah disambut dengan perayaan iman.

Isma’il tidak menempatkan dirinya sebagai korban, melainkan sebagai pihak yang sedang digembirakan Tuhan. Dan ketika kepasrahan telah diikrarkan oleh manusia, hadirlah bukti berikutnya, bahwa Tuhan lebih dulu mendahulukan kasih sayang-Nya ketimbang kemurkaan-Nya.

Maka bukan darah domba yang menjadi mahal di hadapan Tuhan, melainkan keikhlasan hamba-Nya. Maka jika keluarga dan negara dihidupkan cinta, kemesraan dan iman para penghuninya, negara semacam itu akan menjadi juara dalam pengertian sebenarnya.   

comment 0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.

 
© 2010 SUFI UNDERGROUND powered by Blogger
Template by Fresh Blogger Templates | Blogger Tutorial | Re-Designed by: X-Lab Project