Gara-Gara Nafsu
By; Dr. KH. Luqman Hakim
“Tidak dikhawatirkan padamu manakala Jalan yang ada padamu begitu membingungkan. Tetapi yang dikawatirkan manakala hawa nafsu mengalahkan dirimu,” demikian ungkap Imam Ibnu 'Atha'illah As-Sakandary dalam al-hikam.
Kenapa demikian? Menurut Syeikh Ahmad al-Hadhrawih ra, “Kebenaran itu sudah jelas, Jalan juga sudah lempang, dan pendakwah telah memperdengarkan, apalagi yang masih membuat bingung, kecuali orang yang buta matahatinya?
Bahkan Abu Utsman menegaskan, “Semua makhluk Allah sesungguhnya berada di maqom syukur, namun mereka menduga bahwa dirinya ada di maqom sabar.”
Mengapa?
Sebenarnya cobaan itu merupakan nikmat dari-Nya, karena dengan cobaan itu sang hamba kembali pada aturan kehambaannya, hingga ia mengenal siapa dirinya, dan dengan demikian ia mengenal Tuhannya.
Betapa banyak orang yang memanipulasi kebenaran, agama, dan bahkan dunia hakikat untuk kepentingan hawa nafsunya, atau bahkan ketika seseorang meraih derajat luhur malah terjebak dalam ghurur (tipudaya) nafsunya.
Nafsu ingin selalu dipandang publik, dipuji orang, disanjung, dianut, diikuti, ditakuti, dan dikagumi. Dan hasrat demikian semakin menjauhkan dirinya dari Allah, karena terdegradasi dari derajat taqarrub kepada Allah Ta’ala.
Maha Suci Allah yang menutupi rahasia keistemewaan (hambaNya) dengan tampilnya sifat-sifat manusiawi. Dan Dia Jelas dengan agungnya sifat RububiyahNya di dalam manifestasi sifat-sifat ‘Ubudiyahnya (hamba).
Rahasia keistimewaan adalah ma’rifat dan kewalian. Sedangkan sifat-sifat manusiawi itu adalah wujud kehambaannya, berupa sifat fakir, hina, lemah, dan tak berdaya di hadapan Allah Ta’ala, sebagai wujud atas pandangannya terhadap Sifat Maha CukupNya, Maha MuliaNya, Maha KuatNya dan Maha KuasaNya, yang tersembunyi dalam batin hamba.
Maka dengan munculnya sifat manusiawi itulah tertututp rahasia keistemewaannya, sehingga sifat ma’rifat dan kewaliannya tidak bisa terlihat, karena yang ada hanyalah Sifat Keagungan Rububiyah yang memancar pada sifat-sifat kehambaan itu.
Karena itu, perwujudan keistimewaanya maujud dalam sifat Ubudiyah, dan perwujudan hakikat ubudiyah adalah meninggalkan segala hal selain Allah Ta’ala.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar dan komentarnya jangan bernada spam ya.